Minggu, 09 Desember 2012

PITUTUR LUHUR NGILANGI WATAK SREI

PITUTUR LUHUR
Pitutur mujudake wejangan kang dhuwe tujuwan ngowahi lelakune wong urip, sarana pitutur kang adiluhung menehi ruh awujud semangat, ngupaya, ngreget. pitutur luhur srana komunikasi positif ing bebrayan, apa dene yen digayutake karo kahanan jaman saiki, luwih trep yen nganggo pitutur sing becik. Anggone omongan ora kasar, srei utawa nylekit, luwih-luwih nggunakake konotasi. Pitutur iku tuladhane kaya mangkene:
1. Wong berbudhi ora pati ngopeni dhuwit, nanging yen ora ndhuwe dhuwit mesthi butuh.
2. Yen ana wong ora dhemen ing kowe, nanging manis pitembungane, walesen ing tembung manis, naging aja kopercaya.
3. Yen kowe resik, aja susah atimu ditarka nglakoni kaluputan upamakna kowe bagas-kuwarasan diarani lara.
4. Kawruh kang kasimpen iku umpamane mawa kapendhem ing awu, sirnane tanpa pakoleh.
5. Mung manungsa kang pinaringan panguwasa bisa gumuyu mulane iya mung manungsa kang layak digeguyu.
6. Yen kowe ora bisa nglakoni panggawe becik, mung bisa nyingkiri panggawe ala.
7. Diloma, nanging aja ngebreh.
8. Aja nyatur alaning wong kang panuju ora ana.
9. Ati seneng lan mursid iku pepethinganing amal ing alam donya.
10. Banyu kang mambeg, manusa yen nganggur bae, wesi yen dienengake bae, telung prakara iku ora becik dadine, lsp.
Pitutur-pitutur kaya mangkono iku kudu dijinglengi lan dibudidayakake ing satengahing papan, paguyuban utawa negara. Ngajari ora semrawut lan sembrono awit tumindak ala, ning ana amanat kang kasimpen ing satengahing tetembungane iku didadekake ukuran kanggo bebudene salira ngadepi kauripan. Umpamane wong sing ora sabar banjur kobong atine utawa abang kupinge merga keprungu swarane liyan sing nylekit, wekasane kemropok atine dibacutake karo ngece.Mula sikep utawa solah bawa iku kudu dilatih, latihan kang luwih cepet katrima yaiku saka pitutur luhur.

Minggu, 04 November 2012

KASUSASTRAN JAWA

TEMBANG MASKUMAMBANG

Tembang maskumambang kalebu tembang Macapat, dadi awewaton guru-gatra, guru-wilangan lan guru-lagu.Tembang maskumambang awatak susah, nalangsa. Mathuke dienggo medharake carita kang isi rasa-pangrasa (prihatin, sedhih, ngenes, ngeres, nggreges, nggresah, utawa nalangsa keranta-ranta.
        Sasmitane tembang Maskumambang, kayata sarana tembung kambang (kumambang), kentir, maskentir, timbul (ing warih). Araning lagune tembang Maskumambang, kayata: maskumambang Rencasih, Maskumambang Mangkubumen, Maskumambang Buminatan.
        Tembang Maskumambang saben 1 pada ana 4 gatra, guru wilangan lan guru lagune mangkene: 12 i, 6 a, 8 i, 8 a.
        Pedhotane gatra kang isi 6 wanda: 4 - 2, utawa 2 - 4, utawa 3 - 3.
        Gatra kang isi 8 wanda: 4 - 4, utawa 3 - 3 - 2, utawa 3 - 2 - 3.
        Gatra kang isine 12 wanda, luwih dhisik kapedhot 4. Sisane yaiku 8 wanda kapedhot miturut wewaton pamedhote gatra kang isi 8 wanda. Dadi pamedhote gatra kang isi 12 wanda mangkene: 4 // 4 - 4, utawa 4 // 3 - 3 -2, utawa 4 // 3 - 2 - 3.

Kamis, 01 November 2012

Teknologi vs Belajar? Kawan dengan lawan!


            Potensi Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha yang di sengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Pembelajaran tidak harus diberikan oleh pengajar, karena kegiatan itu dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas belajar, misalnya dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran.
Teknologi informasi telah berkembang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi segenap kehidupan. Secara umum perkembangan dalam era informasi menunjukan ciri – ciri, antara lain:
1.      Meningkatnya daya muat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasikan dan menyajikan informasi.
2.      Kecepatan penyajian informasi yang meningkat.
3.      Miniaturisasi perangkat keras yang disertai dengan kesediaannya yang sangat melimpah.
4.      Keragaman pilihan informasi untuk melayani berbagai macam kebutuhan.
5.      Biaya perolehan informasi yang cepat dalam jarak jauh, yang secara relative semakin turun.
6.      Kemudahan penggunaan produk teknologi informasi, baik yang berupa perangkat keras mauun perangkat lunaknya.
7.      Kemampuan penyampaian informasi yang semakin cepat dan luas, karena itu informasi lebih mudah diperoleh, dengan menembus batas geografis, politis maupun kedaulatan.
Beberapa contoh dalam teknologi informasi yang erat kaitannya dengan penyelesaian masalah pendidikan, antara lain: 1) Teknologi siaran, berupa radio dan televisi, dapat diprogramkan untuk mengatasi masalah penyebaran mutu pendidikan; 2) Komputer, perkembangan perangkat keras komputer berlangsung sangat pesat. Kursus komputer telah pula ikut serta ke seluruh daerah. Pengenalan komputer yang telah ditawarkan pada kebanyakan SMP, SMA SMK dan perguruan tinggi. Terlebih lagi, program atau perangkat lunak komputer berkembang untuk memenuhi berbagai macam keperluan dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dipakai; 3) Teknologi video, perkembangan video sejalan dengan perkembangan komunikasi dan komputer, meskipun orientasi utamanya adalah untuk keperluan hiburan. Dengan adanya komputer memungkinkan program interaktif, karena gambar dan pesan dapat ditampilkan secara acak melalui control komputer.
Dalam satuan pendidikan sekolah hendaknya menggunakan yang dimulai dengan titik pangkal strategis, yaitu guru. Para guru harus diyakinkan terlebih dulu akan kegunaan teknologi itu dan teknologi tidak akan menggantikan kedudukan sebagai guru, melainkan membantu untuk menyimpan dan menyajikan konsep, prinsip, dan prosedur yang ingin diajarkan. Di samping itu, penggunaan teknologi informasi dalam pendidikan perlu dilaksanakan secara terpadu dan terbuka. Terpadu, maksudnya ada partisipasi semua pihak yang berkepentingan (guru, masyarakat, sekolah, orangtua, siswa). Sedangkan terbuka, maksudnya jelas tanggung jawab partisipan.
Akan tetapi juga harus memperhitungkan infrastruktur, meliputi: kesiapan guru, ketersediaan fasilitas, kemampuan pengelolaan dan kesesuaian dengan kebutuhan perkembangan.  

Potensi teknologi pendidikan dalam pembelajaran, antara lain:
1.      Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan:
a.       Membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.
b.      Membantu guru dalam menyajikan informasi.
2.      Memberikan kemungkinan pendidikan yang bersifat individual, dengan jalan:
a.       Mengurangi cara mengajar guru yang kaku dan tradisional.
b.      Memberikan kesempatan anak didik untuk mengembangkan kemampuan dalam teknologi pendidikan dan perolehan pengetahuan melalui media lain.
3.      Memungkinkan belajar lebih akrab, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran didalam dan diluar sekolah.
4.      Mengembangkan kebiasaan belajar mandiri.
5.      Belajar secara kooperatif dengan tukar – menukar informasi dari berbagai sumber.

B.              Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Teknologi informasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bila digunakan secara bijak untuk pendidikan. Maksudnya, sesuai dengan standar tertentu, kesesuaian dengan kebutuhan tertentu, kesepadanan dengan karakteristik dan kondisi tertentu, keselarasan dengan tuntutan zaman, ketersedian pada saat yang diperlukan, keterandalan dalam berbagai kondisi, daya tarik yang tinggi, dll..
Menurut Mason R (1994) yang dikutip dari Yusufhadi Miarso (2004: 666), ada 5 alasan mengapa digunakan teknologi komunikasi dan informasi, karena: 1) Potensinya memperluas kesempatan akses pendidikan dan latihan bagi siswa pedesaan yang terpencil tanpa harus mengikuti pendidikan. 2) Potensinya memperluas kesempatan pemerataan dengan cara memperluas manfaat pendidikan yang diraih daerah yang kaya ke daerah yang kurang beruntung. Tetapi penggunaan teknologi informasi akan memperlebar jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin. 3) Teknologi informasi merupakan alternatif penyelenggaraan pendidikan seumur hidup. 4) Memungkinkan terjadinya pertukaran sumber daya langka, misalnya ditemukannya tumbuhan langka/ spesies baru di suatu daerah, sehingga masyarakat dunia tahu, dan dibentuk penelitian mengenai penemuan tersebut. 5) Memperluas kemungkinan untuk belajar secara interaktif dan kolaboratif antar siswa dari jarak jauh.
Dalam pemanfaatan teknologi informasi, dilakukan dengan memperhatikan, sebagai berikut:
1.      Dinamika global yang membawa tuntutan perubahan dan persaingan yang semakin tajam.
2.      Keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan, sehingga penyebaran teknologi informasi tidak merata.
3.      Penyebaran penduduk yang terpusat di Pulau Jawa.
4.      Kemampuan, kelemahan, peluang maupun permasalahan yang melekat pada teknologi itu sendiri.
5.      Terbatasnya jangkauan pendidikan tatap muka yang bersifat formal.
Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi, lembaga pendidikan memiliki sejumlah pilihan alternatif dengan berbagai contoh sebagai berikut:
1.      Perpustakaan elektronik
Perpustakaan biasanya merupakan arsip buku – buku dengan dibantu teknologi informasi dan internet dapat dengan mudah mengubah konsep perpustakaan yang pasif menjadi lebih agresif dalam berinteraksi dengan penggunanya.
Maksudnya, informasi yang ada diperpustakaan dapat dengan mudah diakses melalui internet. Untuk itu, perlu dilengkapi sarana yang memadai untuk akses ke internet, meliputi media penyimpanan, sarana untuk mencetak bagian – bagian yang diperluak.
2.      Ensiklopedia
Ensiklopedia tidak hanya berisitulisan dan gambar saja, tapi juga video, audio, tulisan dan gambar, bahkan gerakan. Data dan informasi yang terkandung dalam ensiklopedia elektronik dapat diperbaharui / dimutakhirkan setiap saat.
3.      Video teleconference
Memungkinkan bagi mahasiswa diseluruh dunia saling berkenalan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Diharapkan dengan demikian, dapat melihat bangsa – bangsa di dunia dan saling mengenal satu dengan lainnya.
Video teleconverence dalam kalangan pendidikan dapat merupakan sarana untuk diskusi, simulasi dan dapat dapat digunakan untuk bertukar informasi mengenai suatu permasalahan.
4.      Televisi
Medium televisi secara umum mempunyai 3 fungsi, yaitu fungsi hiburan, informasi dan pendidikan. Oleh karena itu, dalam system televisi pendidikan acara hiburan maupun informasi seharusnya mengandung misi edukatif. Sesuai dengan konsep pendidikan, maka misi edukatif ini perlu dijabarkan lebih lanjut dengan pedoman sebagai berikut:
a.       program siaran harus diusahakan sesuai dengan kebutuhan para khalayak yang dituju.
b.      Isi siaran harus diusahakan sesuai dengan nilai – nilai budaya yang diterima oleh masyarakat Indonesia.
c.       Program siaran harus diusahakan untuk berkaitan dengan kegiatan yang ada adi masyarakat , misalnya serasi dengan pola tindak yang ada dimsyarakat.
d.      Tiap mata acara di usahakan untuk dikembangkan dalam bentuk paket yang berkesinambungan.
e.       Tiap program harus dibuat dengan arah dan tujuan tertentu.
Namun berkaitan dengan televisi terdapat dampak yang diberikan (National Institude of Public Health (1972) yang dikutip dari Yusufhadi Miarso (2004), antara lain :
a.       Isi program televisi untuk anak ternyata banyak mengandung kekerasan yang dibuat secara tidak wajar.
b.      Anak anak cenderung untuk bertingkah laku agresif setelah menyaksikan adegan yang menunjukan kekerasan.
c.       Anak anak pada kelas 3 yang tidak banyak bergaul, semakin banyak menggunakan waktunya untuk menonton televisi dengan bertambahnya usia mereka.
d.      Akibat kekerasan yang ditonton di televisi bersifat kumulatif, maksudnya semakin keras suatu perbuatan yang dilihat ditelevisi makin agresif perilaku anak di kelas 3 hingga 10 tahun kemudian.
e.       Makin banyak adegan kekerasan yang dilihat anak anak, makin banyak waktu yang digunakan untuk menonton televisi.
f.       Makin banyak waktu yang digunakan untuk menonton televisi, makin rendah tingkat intelegensinya dengan keberhasilan belajarnya.
g.      Orang yang berpendidikan lebih baik, lebih sedikit dapat dipengaruhi.

Teknologi pendidikan, dalam hal ini teknologi informasi dapat membantu masalah belajar. Masalah belajar ada yang bersifat mikro maupun makro. Masalah belajar mikro, misalnya:
1.      sulit mempelajari konsep yang abstrak.
2.      sulit membayangkan peristiwa yang telah lalu.
3.      sulit mengamati sesuatu objek yang terlalu kecil / besar.
4.      sulit memperoleh pengalaman langsung.
5.      sulit memahami pelajaran yang diceramahkan.
6.      sulit untuk memahami konsep yang rumit.
7.      terbatasnya waktu untuk belajar.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan system pembelajaran. Misalnya, masalah pada butir 1 s.d. 4 menggunakan media pembelajaran. Sedangkan masalah pada butir 5 s.d. 7 mengkombinasikan pesan dengan teknik pembelajaran tertentu, maksudnya guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus untuk keperluan itu, misalnya menguasai materi pembelajaran.
            Dalam sekala makro, yaitu seluruh system pendidikan, seperti: 1) Belum cukupnya kesempatan belajar yang merata, sehingga pemecahannya dengan menciptakan system pembelajaran yang inovatif melalui pelaksanaan semua fungsi pengembangan dan pengelolaan, misalnya SMP Terbuka, Kuliah Terbuka. 2) Terbatasnya kualitas pendidikan yang ditandai dengan rendahnya produktifitas belajar, maksudnya belum sesuainya pendidikan sekolah dengan dunia sekitar khususnya dunia kerja dan belum sesuai dengan perkembangan IPTEK.

Referensi:
B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi pendidikan. Jakarta: Kencana, Pastekkom Diknas.
Rochaety, Eti, dkk.. 2005. Sistem Informasi Managemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Folklore Tradisional, Kuwi panganan Apa?? (versi kutha Jepara)

Panganan tradisional inggih punika panganan ingkang dipunwarisaken sacara turun tamurun saking tiyang sepuh kala rumiyin dhumateng generasi salajengipun. Pewarisan punika lumantar pasinaon utawi tradisi masak ing kaluwarga minangka wahana pokok kauripan saben dinten, sarta saking acara-acara ingkang gegayutan kaliyan adat istiadat budaya daerah ing wekdal tartamtu.
Unsur-unsur budaya saged nyiptakaken satunggaling tradisi panganan lan unjukan ing bebrayan. Kathah budaya maringi peranan lan pambiji ingkang benten-benten ngengingi kekalihipun. Tuladhanipun, bahan-bahan panganan ing daerah sanes saged dipunraos tabu saupami dikonsumsi, amergi wonten sebab-sebab tartamtu. Kajaba punika wonten panganan ingkang sae saking babagan ekonomi utawi sosial, amergi gadhahi peranan ingkang wigati ing satunggaling upacara agama lan kapitadosan (Suhardjo, 1996: 9)
Masyarakat limrahipun etnosentris, boten sedaya bahan ingkang miturut ilmu gizi saged dipundhahar dening suku-suku bangsa lan agama. Saengga, bahan saged kasebat panganan utawi unjukan ditemtokaken kaliyan kabudayan kolektif piyambak-piyambak. Katrangan punika jumbuh kaliyan pamanggihipun Foster lan Anderson ing Danandjaja (1994: 182), piyambakipun nyektosaken bilih kabudayan ingkang nemtokaken bahan punika mujudaken panganan punapa boten.
Indonesia kathah sanget suku-suku lan keragaman alam, sedayanipun kagungan werni-werni panganan lan unjukan tradisional. Keragaman panganan lan unjukan punika saged kadadosan amergi saking keragaman bahan, cara ngolahipun, lan cara nyajekaken, sarta keragaman mupangat utawi fungsi. Asring sanget fungsi-fungsi punika dipungayutaken kaliyan kapitadosan, takhayul utawi keyakinan. Tuladhanipun, wanita boten pareng dhahar nanas, amergi saged nyebabaken angel kangungan putra. Kamangka sacara klinis boten wonten larangan kados mekaten. Tegesipun takhayul punika, bilih nanas pikantuk dipundhahar, nanging boten pareng kathah-kathah, amergi saged  nyebabaken padharanipun sakit. Panganan lan unjukan wigati sacara biologis, nanging ugi wigati tumrap hubungan social, antawisipun: 1) ikatan sosial, 2) solidaritas kelompok, 3) ketegangan jiwa, 4) bahasa.
Panganan minangka ungkapan ikatan sosial, amergi masyarakat nyuguhaken panganan lan unjukan gadhahi makna ngandharaken tresna, welas asih utawi kekancan.
Panganan minangka ungkapan solidaritas kelompok gadhahi fungsi njagi solidaritas kulawarga, umpaminipun, ngengeti dinten ulang taun, hari raya ingkang gegayuan kaliyan agama.
Panganan lan ketegangan jiwa amergi dipitados saged maringi ketenangan jiwa, umpaminipun coklat saged ngicalaken tekanan jiwa.
Simbolisme panganan wonten bahasa, amergi ngibarataken swasana ati (mood) kaliyan kwalitas utawi kahanan panganan. Tuladhanipun, eseme manis madu, omongane mambu kembang ndobol, nyaline tempe kaya wong mlempem.
Manungsa sacara universal saged ngolah panganan lan unjukan, ewosemanten asring ngremeni panganan ingkang taksih mentah, nanging ugi wonten ingkang kedah dimasak rumiyin (Koentjaraningrat, 1980: 212). Panganan manungsa kaperang dados tiga, inggih punika: mawi proses pemasakan; mawi proses peragian (fermentation) kados tempe, tape (ketan, pohung), donat, tuak; lan panganan ingkang taksih mentah utawi mardika cara pangolahanipun (lalapan). Lajeng, ingkang boten universal, ngolah pangananipun kanthi cara dipunrendhem ing toya asin.
Amergi perubahan zaman, alam, wekdal lan ngrembakanipun interaksi manungsa ingkang boten dipunwatesi jarak, kathah panganan lan unjukan khas satunggaling daerah saged kasebar kanthi gampil ing daerah sanes lan ugi wonten ingkang ngalami modifikasi. Kajaba punika, wonten panganan lan unjukan ingkang angel dipunpanggihi, utawi boten malih dipuntepangi, lajeng mandar ical ing daerah kasebat.
Panganan lan unjukan tradisional mujudaken identitas satunggaling daerah, daerah saged kuncara amergi saking asil pangananipun utawi unjukanipun, pramila, badhe dipuntliti panganan lan unjukan tradisional Jawa Tengah ing tlatah Kabupaten Jepara, babagan punika kalebet folklore boten lisan ingkang kedah dipun uri-uri karagamanipun.
PANGANAN LAN UNJUKAN TRADISIONAL JEPARA
      1.   Horok-horok
            a.   Nami Panganan lan fungsinipun
                           Horok-horok inggih punika tepung utawi pati sagu (aren) ingkang dikukus. Saged dipunsebat horok-horok amergi sederengipun dikukus, pati aren kacampur toya dipunhorok rumiyin wonten ing tampah, saengga dados pera. Lan asilipun dados butiran-butiran alit kados mutiara utawi sterofoam. Panganan punika kathah disadekaken ing peken Jepara, reginipun sawungkus horok-horok namung Rp 500, 00-Rp 1000, 00. Horok-horok dados panganan ingkang dipundhahar rikala enjing utawi siyang, saged kangge sarapan saderengipun nyambut damel utawi sekolah. Horok-horok pati aren saged penggantos sekul minangka sumber karbohidrat kangge kabetahan energi manungsa.
            b.   Bahan
                  Pati aren, toya, lan uyah
            c.   Piranti damel
                  Tampah, kukusan, dandang, tungku kayu, godhong jati.
            e.   Cara ndamelipun
                              Pati aren diayak ing tampah saengga pikantuk bubuk pati aren ingkang alus. Bubuk pati aren dikepyur toya sekedhik baka sekedhik saengga adonanipun kados pera (prongkolan-prongkolan alit). Lajeng, adonan punika didhang ing kukusan lan dikepyuri uyah sekedhik baka sekedhik ngantos rata. Sasampunipun dikepyuri uyah, kukusan ditutup lan dipuntengga 15 menit. Kirang langkung 15 menit, adodan diwolak-walik malih utawi diaduk lajeng ditutup ngantos mateng. Sasampunipun mateng, diparingaken ing tampah lajeng diaduk malih ngagem garpu ingkang ageng utawi sisir.
d.      Cara penyajianipun
                  Cara penyajianipun diwungkus ngagem godhong jati, utawi kalemekan godhong jati.
                                                     Horok-horok

1.      Sate kikil


a.       Nami panganan lan funsinipun
                  Nami pangananipun sate kikil, amergi bahan dhasaripun kikil utawi kulit sapi ingkang sampun resik, teksturipun kenyal. Sate punika dipundhahar kaliyan horok-horok, kathah dipunsadekaken ing peken Jepara, reginipun inggih punika Rp 500,00-Rp 1000,00 per tusukipun. Sate kikil saged kangge lawuh nalika sarapan, dhahar, utawi kangge gadon lare-lare, tiyang sepuh lan sanes-sanesipun.
b.      Bahan
      Kikil, kacang tanah (goreng), godhong jeruk, lombok, gula pasir, toya bening, kencur.
c.       Piranti ndamel
      Dandhang, tungku kayu, cowek (layah) lan munthu.
d.      Cara ndamelipun
                  Kikil digodhog ngantos empuk kirang langkung 1 jam. Sasampunipun mateng, kikil ditirisaken lan diiris kotak-kotak 2 x 2 cm. lajeng damel bumbunipun, inggih punika kacang tanah goreng dialusaken kaliyan godhong jeruk, kencur, lombok, gula pasir. Pungkasan kikil ingkang sampun diiris kala wau dipunuletaken kaliyan bumbunipun, lajeng ditusuk ngangge sada.
e.       Cara penyajian
      Cara penyajian dipundhahar kaliyan horok-horok minangka lawuhipun.
2.      Adon-adon cara

                                                              Adon-adon coro

a.       Nami unjukan lan fungsinipun
                  Adon-adon cara inggih punika unjukan tradisional khas Jepara. Unjukan punika dipunraos kangge panulak masuk angin, amergi dipunpitados kangge ngangetake badan, babagan punika saged ketingal saking salah satunggaling bahan ingkang dipunginakaken dados campuranipun inggih punika Jahe. Adon-adon cara kathah disadekaken ing alun-alun kutha Jepara, kirang langkung reginipun Rp 2000, 00 lan masyarakat wonten ngrika ugi kathah ingkang ndamel piyambak wonten dalemipun, saged kangge unjukan tradisional utawi jamu.
b.      Bahan
Degan (klapa enom), toya, gula jawa, mrica bubuk, jahe, sere, santen kanil.
c.       Cara ndamelipun
                  Degan diiris kotak-kotak 1 X 1 cm digodhog kaliyan toya, gula jawa, mrica bubuk, jahe, sere ngantos umub utawi mateng.
d.      Cara Penyajianipun
            Unjukan ingkang sampun mateng kalawau diparingaken ing gelas lajeng ditambahaken santen kanil lan diaduk-aduk.