Selasa, 29 Oktober 2013

He Is (New) My "Mas Bro"

He Is (New) My “Mas Bro”


            Kami tak sempat mengingat tanggal, bulan bahkan tahun untuk dicatat dalam memori ketika Mas Bro pertama kali datang. Kami juga tak berpikir untuk memberi sambutan selamat datang, bahkan tak sampai menyiapkan segala sesuatunya untuk kehadiran seseorang. Dan akhirnya, tiba-tiba kami memiliki anggota baru di keluarga ini....

        (Perlu diingat kalo kita pernah foto ini, karena Mas Bro mempelajari teknik penjualan, gaya mu dulu jadul banget ya, kami tidak berdua lagi tapi berubah menjadi bertiga)

Entah pagi buta, pagi menjelang siang, siang menjelang sore, sore menjelang malam atau malam menjelang pagi, ku rasa tak ada yang benar-benar mengingat waktu dengan tepat kapan Mas Bro datang ke rumah mungil kami. Padahal aku masih menyebutkan waktu berupa siklus satu hari, bukan lagi jam, menit, dan detik dalam sehari. Pada intinya kala itu, aku tak punya bayangan mengapa orang ini mau tinggal bersama kami di rumah yang sempit berisikan empat orang. Rumah yang menurut sebagian orang tidak membuat nyaman, masih kurang ini itu, tidurpun susah mau tidur di mana, lingkungan yang keras sekeras tank-tank dan terompet apel pasukan yang silih berganti dibunyikan tiap pagi buta, keadaan yang serba sederhana dan kurang fasilitas. Mungkin akan ku tanyakan alasan si Mas Bro setelah aku menyelesaikan tulisan-tulisan ku ini he he he he....
Ups... tidak tidak tidak, aku harus berusaha mengingatnya, harus! Demi kebaikannya ha ha ha...
***FlashBack***
Kala itu, Mas Bro datang hanya untuk menginap satu atau dua hari saja karena mengikuti test Ujian Masuk di Undip, berhubung Mas Bro jauh rumahnya yaitu di Kota Ukir sana dan kami masih punya hubungan keluarga, jadi pintu rumah kami selalu terbuka. Kala itu, sejujurnya aku cuek sekali, ngomong seperlunya saja, karena saat berjumpa di Kota Ukir pun tidak begitu akrab, (Mas Bro pernah membahas – “sejak kapan kita bisa akrab, padahal dulu ga pernah main bareng waktu di Kota Ukir walaupun kita saudara?” Jawabku plonga plongo sambil ngakak).
Sebabnya aku cuek karena jarang di rumah, sibuk keluar masuk gubuk dengan urusan kuliah, pulang malam ada kegiatan Permadani, membuat tugas ini itu di sana sini, main ke kost teman hingga ber jam-jam, dll. (Trus pada intinya, tidak ada yang tau sejak kapan aku dan Adek Depe bisa akrab sama Mas Bro ini, ibarat seperti Kakak tapi juga menjadi teman bagi kami berdua). Setelah Mas Bro diterima dengan pintu terbuka di Undip jurusan Teknik Industri, hijrahlah Mas Bro ke Kota Lunpia. Lalu Mas Bro menginap lagi di rumah kami hanya beberapa hari hingga dia mendapatkan tempat kost yang cocok. Bapak juga sempat mencarikannya, tapi karena Mas Bro cekatan jadi dia langsung dapat tanpa dikomando lagi. Beberapa semester Mas Bro jadi anak kostnya Tembalang, Semarang, Jawa Tengah. Trus kami juga pernah berkunjung di tempat kosnya itu. Beruntungnya dia punya ibu kost yang baik banget (apa kabar kostnya sekarang ya.....? Harusnya dia kalau lulus kuliah disempet-sempetin ke sana biar tidak durhaka sama sejarahnya, gitu Mas Bro saraaan... aku he he he)
Seabrek kegiatan mahasiswa teknik, ibarat satu hari tidak cukup buat mereka di semester-semester awal. Akhirnya Mas Bro beralih jadi anak kontrakan bersama sahabat-sahabatnya, entah di mana kontrakan itu sampai detik ini aku tidak tahu. Di penghujung semester tiga, Mas Bro sering main ke rumah karena tanteku yang gaul, tersayang, baik hati dan tidak sombong mau nikahan ditambah lagi Mas Bro mau nitip cucian, karena air dikontrakannya sering tidak mengalir. Tiba-tiba dia dapat wangsit dari mana asalnya untuk memutuskan pindah ke rumah kami, semua barang-barang dibawanya. Welcome to Mas Bro.

***Intisari Sebuah Keluarga***
Mungkin kita tidak pernah mengira, seseorang yang memang saudara dan kurang akrab bisa menjadi real keluarga, kakak, sahabat atau teman. Lambat laun, dengan sering bercanda, main bersama, sharing dikala susah dengan tugas-tugas dan masalah dengan teman-teman di luar sana, menjadikan momen yang biasa menjadi luar biasa, inilah yang disebut “keluarga”. Beruntung Mas Bro mau tinggal bersama kami. Kami tidak lagi berempat lagi, tapi sekarang berganti jumlah menjadi berlima. Mas Bro bisa menerima keluarga kami yang kadang kala aneh, ibu yang gaul, bapak yang berwajah sangar, adek Depe yang kadang marah-marah tidak jelas ha ha ha... piss, dll.

Aku pernah mendengar paribasan Jawa yang menyebutkan “Cedhak mambu tai, adoh mambu wangi”, paribasan itu mengandung arti bahwa seseorang yang masih ada hubungan keluarga, jika tempat tinggalnya berdekatan dengan saudara lain dapat menjadikan perselisihan kecil yang nantinya bisa membesar karena mereka tahu semua tingkah laku dan pemikiran yang dianggap kurang baik menurut saudara yang lain disebabkan seringnya bertemu, tetapi jika tempat tinggalnya jauh terkesan berbau harum karena ada rasa kangen yang disebabkan jarang bertemu.
Walaupun paribasan Jawa berkata demikian, tapi dengan adanya Mas Bro kami bisa membuktikan bahwa hal itu tidak selamanya benar. Tergantung dari sudut pandang kita dalam menyikapinya. Pada kenyataannya Mas Bro bisa diterima di keluarga kami dan Mas Bro mendapatkan kasih sayang yang sama dari orang tua kami. Ada hal-hal kecil yang kadang sepele tapi sering dilupakan yaitu bercanda dengan keluarga. Bercanda sering dikaitkan dengan sikap kurang menghormati. Jangan pernah menganggap bahwa bercanda merupakan perbuatan yang tidak menghormati yang orang lebih tua. Bercanda dalam keluarga itu perlu tanpa harus mengubah kaidah sopan santun, bercanda dengan etika, dalam kenyataanya bercanda di keluarga dapat menambah keharmonisan. Setujukan??
            Istana yang megah tanpa adanya kasih sayang, perhatian, komunikasi dan gurauan tidak akan memberikan kenyamanan. Manusia diciptakan salah satu tujuannya agar menjaga silaturrahim, karenanya disebut makhluk sosial yang saling membutuhkan dengan yang lain. Seseorang yang dianggap saudara kadang terasa jauh, sedangkan seseorang yang dianggap orang lain terasa dekat “Dudu sanak dudu kadhang yen mati melu kelangan”. Keluarga merupakan cerminan seseorang untuk bangkit dalam menerjemahkan kehidupan, keluarga merupakan miniatur pribadi seseorang. Di sinilah kita dibentuk, siapa kita, bagaimana kita, yang pada akhirnya mengarah ke menjadi apa kita nanti.
Keluarga bisa dikatakan gudangnya informasi, mengapa demikian? Iya karena disitulah kita bisa melakukan sharing, mengutarakan isi hati dalam bentuk lisan. Beruntung jika keluarga dapat memberikan wadah bagi anggotanya untuk berpendapat, dan pada kenyataannya sistem demokrasi dapat diimplementasikan di keluarga. Keluarga dalam istilah Jawa disebut “kulawarga” diartikan wargaku atau keluargaku, “ku” merupakan kata pengganti orang pertama yang menyatakan milik.
            Jadi, jagalah hubungan kekeluargaan sampai akhir hayat kita, tanpa adanya keluarga kita tidak bisa lahir di dunia ini. Yang pada mulanya hanya ayah dan ibu, kemudian berkembang menjadi satu keluarga utuh dengan putra dan putri disisi mereka. Jikalau kondisi yang menyebabkan keluarga tercerai berai, tapi dengan adanya diri kalian satukan dalam wujud silaturrahim nantinya.
***Thank you for Mas Bro***
            Hadirnya Mas Bro di keluarga ini banyak hal yang sudah dilalui, rumah kami menjadi ramai, intensitas bercanda semakin menjadi-jadi hampir mirip anak-anak Paud. Kata-kata lebay yang terlontar dari benakmu, seperti: Alay Pict, Bici, Chibi, Keong racun, Jupe, Depe yang menambah keakraban itu lah canda. Buku-buku yang kadang kala pengen dibeli, sok-sokan sudah dibeli dan entah kapan dibacanya disimpan buat celengan bikin perpustakaan pribadi, nyicil bikin stempel dululah (eh sudah ya....?). 

            Tidak terasa hampir tiga tahun Mas Bro tinggal sama kami, tanggal 26 Oktober 2013 kemarin sudah wisuda, dan pada akhirnya tidak lagi tinggal di rumah kami. Tapi, kami akan selalu welcome!
            Dulu keluarga kami mendambakan lahirnya anak laki-laki, sekarang sudah terwujud, tiba-tiba Mas Bro datang tak dijemput, pulang tak diantar. Dulu aku pengen punya kakak laki-laki sekarang sudah terwujud, malah tidak perlu repot-repot ibu melahirkan lagi ternyata sudah dikasih langsung yang besar. Tuhan memang hebat!!!
            Jangan lupakan sejarah (Sehari Jadi Parah). Tiap aku pulang ke Semarang, jadi parah gaya bercandaku gara-gara timbal balik dari Mas Bro. Karena suntuknya bekerja di Jepara, membuat topik bercanda semakin menjadi-jadi. Itulah beruntungnya punya Mas Bro yang satu visi dan misi denganku tampil awet muda. Tiap buka kulkas nyari jelly dingin buatan ibu yang nyeessss itu, terus minta disuapin dengan syarat naik sepeda mungilnya Fadil sambil sorak-sorak. Akhirnya, kamu mau makan racun di rumah kami, bukan racun tikus atau racun serangga, tapi racun cabe. Karena keluarga kami suka makanan pedas, dan ternyata Mas Bro ketagihan oseng-oseng genjer (baru dengar dari ibu).
            Terima kasih aku ucapkan khusus buat Mas Bro, berhubung Mas Bro sudah wisuda lalu nantinya akan sibuk bekerja serta tidak lagi tinggal bersama kami. Kami berharap Mas Bro tetep pada visi misinya tampil awet muda. Pasti rumah kami akan sepi dan sampai saat ini kami belum menemukan pengganti Mas Bro. Terima kasih sudah berperan menjadi saudara, kakak, om, sahabat bagi kami. Maaf jika keluarga kami ada salah lisan maupun tulisan. Kalau kesalahan tulisan sepertinya aku yang sering kena, karena sudah meng-upload di blog pribadiku tanpa ijin dulu. Tapi aku kira tidak masalah, karena Mas Bro hobby ngeksis di social network yang beraneka ragam, seperti facebook, twitter, whatsapp, blog, yahoo messenger, gmail, dll.

**Aku terbangun pukul 01.13 WIB dan setelah menunaikan sholat tahajud tiba-tiba aku ingin menulis sesuatu. Jika ada salah ketik mohon dimaafkan , tapi sepertinya aku tidak sedang mengelindur walaupun kondisi mataku terbuka ¾ tanpa kaca mata. Aku tulis ke word sebelum di upload pada blog**