Kamis, 13 April 2017

Pendidikan dan Wanita

          Wanita dan Pendidikan: All about a woman.


PROLOG
          Terlibat pembicaraan hangat dengan salah satu teman wanita angkatan 2014 (NRP 414) yang dulunya penempatan di Buton, salah satu kepulauan di Sulawesi Tenggara  dan sekarang uda hijrah ke Karang Anyar dengan berbagai cara dari doa, usaha sampe nyusup-nyusup, guling-guling uda dilakonin, tapi intinya siapa-siapanya ga perlu lah disebut namanya takutnya jadi terkenal kwkwkwk (sorry Cuy....). 
           Sama-sama dari Jawa Tengah dan kebetulan tadi malem 13 April 2017 sharing tentang KULIAH dan lain-lain (biasa kalo wanita yang diomongin ngalor ngidul sampe mulut berbusa juga ga abis abis, ampe jempol kapalan juga ga peduli, emang belum ada yang meduliin sih kwkwkwkwk, ngenes!!)
           Kuliah sambil kerja sih ga gampang guys, apalagi cewek merantau jauh dari orang tua belum lagi segala abrek tetek bengeknya tuntutan dari sana sini, omongan orang tentang cewek inilah itulah, hahahhaha (bukan ajang curhat, fokus-fokus Nduk Fokuuuusssssss :D).


INTI NYA...
           Wanita layak berpendidikan tinggi, karena pendidikan adalah hak semua orang yang sejak lahir owek owek sampe akhir hayat, ya namanya aja hak berarti menyeluruh dari kalangan kan... ga hanya laki-laki aja. Karena wanita adalah madrasah utama bagi anak-anaknya kelak, jadi wajib menjunjung tinggi harkat martabatnya.
          Selama ada rejeki buat belajar/ nuntut ilmu ke jenjang selanjutnya secara berkala (blibet bahasanya), maka belajarlah buat para wanita!! Menuntut ilmu itu wajib hukumnya (bukan mentang-mentang jadi mahasiswi hukum trus ngomongin wajib kwkkw), ada beberapa kasus yang menjadi topik hangat, beberapa diantaranya:....................................................................................

1. Dengan pendidikannya, wanita bisa bersosialisasi diri dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dalam hal apapun. Terkadang potensi datang karena kebiasaan bukan karena bakat yang dibawa sejak lahir dan kompetensi bersosialisasi didapat karena bertemu banyak orang (heterogen) dari kalangan bawah, menegah, bahkan kalangan kelas atas. Disitulah kemampuan skill untuk berbicara dan bersikap akan muncul karena secara tidak langsung dapat menambah wawasan serta kosakata-kosakata yang baru.
          Contohnya adalah Menteri Peikanan dan Kelautan 2017 yakni Susi Pudjiastuti. Dalam jajak pendapat sharing duo wanita (Mantan Buton dan Agasin) diperoleh kesimpulan bahwa bagaimana dan sampai jenjang apa pendidikan seorang wanita tapi jika didukung dengan kemauan dan kerja keras dalam hal apapun, maka didapatkan bahwa korelasi potensi yang ada didasarkan dari faktor doa, perjuangan, attitude, emotional question, sosialisasi yang bermanfaat, skill dan takdir. Terlebih pergaulan yang membawa ke ranah hal yang positif, dengan siapa dan bagaimana bergaul. 

 2. Agama juga tidak melarang wanita untuk belajar dan mengembangkan diri dari segi keilmuan. Negara malah secara konstitusional dan legalitas menjamin dalam UUD 1945. 
Tantangannya adalah dari budaya masyarakat, contohnya adalah ketika wanita diposisikan menjadi atasan, kadang dalam masyarakat (pikiran beberapa manusia) yang masih sempit mengukur pandangan dengan hal-hal yang bersifat subjektif. Salah satunya, wanita dicap sebagai wanita yang ambisius, gila jabatan, dan mengungguli laki-laki (mungkin suami). Tapi jika takdir berkata demikian (maksunya adalah ditakdirkan rejekinya lebih baik) apakah pikiran tersebut masih bisa dipertanggung jawabkan. 

3. Saya sendiri pernah menerima klien jasa konsultasi dalam akun media sosial saya, di mana salah satunya wanita yang mengeyam S-2 salah satu universitas di Makasar. Dari informasi yang diperoleh, dia adalah wanita yang matang (dari segi usia serta perilaku), manis (dilihat dari fotonya), berkepribadian baik (selama berkonsultasi), punya tujuan dan cita-cita, tutur bahasanya berkelas (dari segi pilihan kata dan emoticon yang disampaikan) tapi dia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan berkaitan dengan lawan jenis, banyak lawan jenis yang menolak dengan alasan bahwa pendidikan wanitanya terlalu tinggi. Rasa minder dari seorang laki-laki terhadapnya, membuat wanita semakin diacuhkan, tapi semenjak itu saya gali apa yang ada pada budaya masyarakatnya. Saya kemudian menarik kesimpulan bahwa di Makasar sendiri memiliki tradisi uang panai, dimana semakin tinggi pendidikan wanita maka semakin tinggi pula uang panai yang diberikan (tergantung dari orang tua masing-masing sehingga memperoleh kesepakatan) dan yang pasti karena belum berjodoh, karena saya meyakini bahwa jodoh sudah ditetapkan dari Tuhan dan tinggal waktu yang mempertemukan, jadi bukan karena cocok atau tidak cocok (di dunia ini tidak satupun manusia yang memiliki kecocokan) tinggal manusia mau menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing atau tepatnya menghargai apa yang melekat pada diri manusia. Saya tidak akan mengulas lebih panjang mengenai kasus ini karena bersifat privasi kwkwkwkwk (profesional :D)

4. Kembali lagi, wanita menjadi madrasah, wanita adalah calon ibu, yang wajib mengasuh, membimbing dan memberikan perlindungan yang layak bagi anak-anaknya. Semakin dia tahu apa yang harus dilakukan dan dikatakan, maka semakin cekatan juga dalam hal memberikan kasih sayang yang tepat buat putra-putinya. Wanita yang elegan dalam menghadapi masalah, tetap berpikir sesuai karakternya dan menggunakan akal pikiran ketika dihadapkan dalam suatu permasalahan, kemudian  melakukan pembalasan dengan cantik. Oleh karena itu, perlu didampingi dengan emosional question yang top markotop juga (bisa dilatih looh), karena palu bisa membentuk baja.... kwkwkwkw.

            Nah sekarang, ngebahas yang namanya kuliah sambil bekerja, banyak wanita yang mengalami ini, karena duo (Mantan Buton dan Agasin) ngerasain yang namanya Multytasking dalam kerja dan kuliah. Terutama membagi waktu, tantangan terberat dalah rasa lelah, jenuh, stress, down mentality, yang bikin kadang-kadang pengen pindah tugas. Berhubung kita sama-sama memiliki kebiasaan yang hampir sama yaitu mandiri dan ga mau nyusahin orang lain (bilang aja sering jalan-jalan sendiri kalo pas ga ada temen jadi sering dikatain single fighter hahahahha). Maka sharing untuk menguatkan itu perlu guys.
          Wanita ketika dapat memperoleh apa yang diinginkan pasti muncul suatu kepuasan, karena saya jamin bahwa setiap orang (laki-laki dan perempuan) punya harapan dan tujuan hidup. Misalnya bekerja diselingi dengan kuliah, selain mengisi kegiatan hal yang positif, kita juga dihadapkan pada belajar prinsip ekonomi dan management (secara tidak langsung kita harus menjadi manager bagi diri kita). Mengatur keuangan selama sebulan itu susah lho guys, ngebagi uang kost, uang makan, uang jalan-jalan, biaya tiket pesawat pulang, uang arisan kantor, dll. Jadi, bisa dapet pengetahuan juga kan gima nanti kalo uda nikah atau jadi pemimpin dalam pekerjaan.
            Belom lagi diomongin sama orang resek enatah bercandaan ato serius kalo engga mikir lagi buat kawin gara-gara kuliah sambil bekerja. hahahahahah nasiiiiiibbbb coy.... Berdasarkan sharing, memang sih hidup itu pilihan, salah satunya ada yang memilih fokus kuliah dan bekerja dulu baru mikir nikah walaupun usianya telah matang, yang kedua ada yang bisa melakoni kuliah, bekerja dan nikah. Kalo sejujurnya, saya memilih yang kedua, berhubung terbiasa dengan multitasking. Untuk itu jika ada yang tidak sependapat, tetaplah menghargai privasi atau pendapat orang. Jangan menjudge bahwa pendapat sendirilah yang paling benar. Sebagai wanita normal pastilah memikirkan namanya pernikahan, pengen juga kali masuk surga karena berbakti jadi istri hehehehe :D
             Wanita yang punya ambisius itu bagus, asalkan dapat membawa ambisiusnya itu pada goal nya, tidak semua ambisius itu buruk. Jika tidak punya ambisius dan mengikuti apa yang ada malah menjadikan hidup ga ada tantangannya. Wanita harus punya power, bukan power rangers ya kakakakakakakak :D. Power maksudnya kekuatan dalam diri selain innerbeauty, biar ada gregetnya gitu jadi tetap bisa fight dalam mengarungi hidup, soalnya hidup kan ga hanya modal cantik doang tapi karakter yang terbentuk dalam diri.
                 Ada suatu cerita, karena sering dapet sharing dari temen-temen wanita, bahwa kebanyakan wanita yang bekerja dan kuliah itu banyak yang single karena engga mikirin cowo lagi kwkwkwk. Sebenernya engga begitu juga, karena harusnya wanita juga dituntut rasional, bisa membedakan mana yang laki-laki serius dan mana yang hanya sekedar selingan saja. Wanita juga harus memilih laki-laki yang bisa jadi bapak untuk anak-anaknya loh. Intinya bukan pilih-pilih, tapi selektif. Karena yang namanya nikah itu adalah satu kali, walaupun ada yang sampe beberapa kali, tapi ga ada salahnya berkomitmen seperti itu kan. Wanita dengan potensi yang dimiliki harus menelaah secara mendalam, jangan hanya baper doang yang diunggulin, walaupun taulah wanita kan paling suka kalo diperhatiin dan digombalin, tapi tetap memaknai itu dengan logika. Sebab laki-laki harus punya rencana, dan dalam rencananya itu harus ada kamu wahai para wanita!! Oleh karena itu, janganlah jadi wanita yang baperan!! Hehehehe.....
            Good luck Ladys.....