Minggu, 07 Desember 2014

TANAH RANTAU BORNEO

Ini bukanlah pertama kalinya aku pergi jauh dan bukan pertama kalinya aku sendiri. Disaat kerisauan datang dari penat yang bertubi-tubi, disaat bahagia muncul dari segala penjuru kehidupan terutama hati, disitulah aku mulai berfikir ulang, menyegarkan harapanku tentang kekuatan doa-doa. Ketakutan tentang sebuah kata “Kembali”. Fikiranku melayang ke udara, berhembus dibawa partikel-partikel debu dan menempel ke air, tanah, bangunan, hidung dan tenggorokan yang dikeluarkan lagi menjadi sampah. Kegundahan akan seberapa lamanya tak berpelukan dengan keluarga, sahabat, teman dan yang menyesakkan yaitu cinta, ya ya cintaku yang menyebalkan, cintaku yang cincirimin, cintaku yang ngangenin, cintaku yang tidak tau alasannya mengapa engkau bisa kusebut cinta. Disaat aku berjuang untuk beribadah “man jadda wa jadda” di negeri yang kusebut dengan nama Borneo, inilah kesungguhan hati yang sebenarnya. Mengerahkan dengan segala doa, kekuatan, pikiran, gaya, nasionalisme, rasa, karsa, tangis, tawa, materil dan segala aspek yang lain.

Tapi... aku berterima kasih kepada Allah SWT yang selalu melindungiku, menjagaku, menyayangiku, memelukku dalam kondisi apapun. Itulah mengapa aku paham kata “Merantau”. Merantaulah yang jauh agar kau tambah ilmu, merantaulah yang jauh agar kau semakin kuat, merantaulah yang jauh agar kau beribadah dan mengerti akan uniknya kehidupan, merantaulah yang jauh untuk memahami makna silaturahim, merantaulah yang jauh seberapa pentingnya dirimu dimata mereka yang engaku tinggalkan, merantaulah yang jauh agar tau seberapa besar nikmat Allah SWT yang sudah digelontorkan secara cuma-cuma kepada manusia-manusia dibumiNya.

Di sini hmm ya ya ya... di sini, serasa inilah kebebasan, masih sedikit perjalananku untuk mengenal Kota Seribu Sungai, carilah di peta, internet, koran atau majalah apa itu Kota Seribu Sungai. Banyak orang mengatakan jika sudah meminum air di tempat ini, maka sulit untuk pulang ke daerah asal, tapi bagaimana lagi inilah mitos, tapi aku percaya pada Allah SWT dan pada rasa cintaku yang akan membawaku. Aku tak ingin menyia-nyiakan dan disia-siakan, aku perlu jalan-jalan untuk mencari makna kehidupan yang sesungguhnya, memanfaatkan sumber daya yang ada, mungkin inilah yang disebut “Perempuan Pencari Tuhan”. Tapi disela perjalanan, ku ucapkan terima kasih kembali kepada Allah SWT dan tak lupa kepada Bapak Ketua “ASP”, tanpa rejeki dari Allah SWT melalui beliau aku tak mengira akan mendapatkan pengalaman yang akan membuat inspirasiku menulis lagi dan memetik buah kehidupan.
*******************************************
                Pertama kali aku datang, perlu waktu untuk beradaptasi, ya ya ya responsibilitas. Adaptasilah dengan orang-orang baru, di sini aku dihadapkan dengan keberagaman suku, budaya, ras, agama, bahasa dan adat yang berbeda. Suku Banjar “Urang Banjar”, suku yang mendiami dan berkonsentrasi di Provinsi Kalsel, Kalteng, dan Kaltim, mereka merupakan percampuran orang-orang melayu Bahan, Barito, Tabanio dan Martapura yang jejak akarnya dari Sumatera. Suku Banjar dibagi menjadi tiga sub suku, yaitu suku Banjar Pahuluan, Suku Banjar Batang Banyu, dan Suku Banjar Kuala. Suku Banjar Pahuluan merupakan penduduk di daerah-daerah lembah sungai yang berhulu ke Pegunungan Meratus (campuran melayu dan dayak). Sedangkan Suku Banjar Batang Banyu mendiami lembah Sungai Negara (campuran melayu, dayak dan pendatang dari Jawa). Sementara itu, Suku Banjar Kuala mendiami sekitar Banjarmasin serta Martapura (campuran melayu, dayak dan pendatang dari Jawa). Karena merupakan kombinasi dari orang-orang melayu, bahasanya pun terkontaminasi antara bahasa Melayu, Dayak dan Jawa. Ada persamaan kata yang dipakai antara Bahasa Banjar dengan Bahasa Jawa, antara lain: Banyu (air), Lawang (pintu), Inggih (ya/ setuju). Kata itu sama yang di pakai di Bahasa Jawa bukan??? Agama mayoritas di Kota Seribu Sungai adalah beragama islam jadi banyak dijumpai Masjid di sini.

Ingat kepada Allah SWT mebentukku mencintai apa yang ku punya dan mensyukuri pemberianNya. Sampai detik ini menulis artikel, masih saja aku menyesuaikan diri dengan iklim di Kota Seribu Sungai. Berada di bagian tenggara Pulau Borneo, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di tengah. Dataran rendah berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sehingga banyak sumber daya ikan air tawar di sini, antara lain: ikan haruan, sepat, bilis, dll. Sedangkan di dataran tinggi merupakan hutan konservatif berupa hutan tropis yang dilindungi. Jika cuaca panas, teriknya matahari menyengat tak heran jika kebakaran hutan tiba-tiba terjadi di sini seperti yang terjadi di bulan Agustus-Oktober 2014 lalu, menyebabkan polusi udara di mana-mana. Namun jika pada musim hujan, intensitas air begitu derasnya dan sebelum turun jujan membentuk gumpalan awan yang kelam diiringi angin yang dingin, kemudian cuaca tiba-tiba dapat berubah menjadi cerah seketika. Itulah uniknya Borneo.

                   Mengapa disebut Kota Seribu Sungai?? Dan tak heran jika orang-orang menyebutnya daerah basah. Provinsi ini terdiri dari 13 Kabupaten/ kota, dan tiap kabupaten terdapat sungai yang beraneka macam namanya, baik sungai kecil maupun sungai besar membentuk labirin atau kanal-kanal. Aku memetik pelajaran yang berharga ketika menyusuri sungai besar Martapura, berangkat dari halte perahu klotok di daerah Museum Wasaka Port “Waja Sampai Kaputing-Kayuh Baimbai” (Berusaha sampai Tuntas, tidak boleh putus asa karena dikerjakan dengan bergotong royong). Tujuannya untuk mengekspolari apa yang tidak aku ketahui disepanjang sungai Martapura yang lebar nan panjang. Museum ini berada di bawah jembatan panjang Banua Anyar yang melentang kokoh dan bertengger di atas Sungai Martapura.
Di dalam museum disuguhkan peninggalan-peninggalan perjuangan rakyat Kota Seribu Sungai melawan penjajah kala itu, terdapat miniatur/ diorama, senjata tradisional, pakaian perang, dll. Museum Wasaka memiliki banguna panggung yang kokoh, terbuat dari pondasi kayu ditambah terletak dipinggir sungai menambah uniknya arsitektur, juga jendela-jendela kayu yang besar menakjubkan ketradisionalnya.
Museum Wasaka Port Waja sampai kaputing

                Dari Museum Wasaka Port, aku melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Martapura, dari halte perahu kelotok di depan Museum kami menyewa perahu seharga Rp 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah), perahu kelotok yang bisa diisi 10-15 orang itu membawaku berpetualang. Sungai yang tenang tapi berarus deras itu berwarna keruh, namun di dalamnya menyimpan keaneka ragaman hayati yang luar biasa selain digunakan sebagai sarana transportasi air yang cukup memadai. Di samping kanan kiri tepi sungai masih terlihat rumah penduduk, ada yang kokoh dan ada juga yang sudah reot, semua memakai rumah panggung berpondasikan kayu ulin. Masyarakat di sini menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, mandi, dan bermain, bahkan dimanfaatkan untuk sarana olahraga dayung, SubhanaAllah. Setelah berjalan sejauh 1,5 kilometer perahu kelotok itu berhenti di salah satu pasar terapung tradisional Lok Baintan. Aktifitas jual beli di pasar dilakukan di atas perahu sampan “Jukung”, kebanyakan yang dijual berupa buah-buahan tropis, sayuran, jajanan tradisional dan tanaman hias. Hikmah yang luar biasa dipetik setelah apa yang dilihat adalah semua penjual itu “Perempuan”. Perempuan mendayung jukung di sungai lebar berarus deras, menyetir agar perahunya mendekati pembeli kemudian menjaga keseimbangan antara tubuh dan barang dagangannya, itu luar biasa!!!! Perempuan-perempuan Suku Banjar mengajariku apa itu ketangguhan. Mereka melakukan itu demi masa depan; demi menjemput rejeki dari Allah SWT; demi nikmat kesabaran dari Allah SWT akan kerja keras, pantang menyerah dan mencintai keluarga; demi menikmati kehidupan yang sudah disuguhkan Allah SWT.
Pasar Apung Lok Baintan

                Teringat akan sosok ibu yang jauh di tanah Jawa, yang kadang menutupi keadaan sesungguhnya. Begitu macam pertanyaan erotis di otak dan perasaanku, “Apakah kau baik-baik saja di sana? Bagaimana perasaanmu?” Ku lihat salah satu penjual buah jeruk yang sudah tua renta sekitar 70 tahun, bisa jadi beliau seumuran dengan nenekku, kulitnya yang mengendur meminta perasaanku untuk mendekatkan perahu kelotok ke arahnya. Wajahnya yang dipupuri bedak adem (bedak dari tepung beras) dan melihat senyumnya penuh ikhlas dibalik kerudung. Sayup matanya yang lugu membuatku membalas senyumnya. Sistem mereka berjualan tidak mengenal per ons, per gram, atau per kilo melainkan per buah. Satu buah dijual Rp 1.000,-, bikin geleng-geleng bukan?? Tangan-tangan kuat mereka patut diacungi jempol, bagaimana jika wanita indonesia kuat seperti itu, mencerdaskan anak-anak dengan kesabaran, menyayangi dengan keikhlasan, pasti suatu saat indonesia akan maju dengan kecepatan perkembangannya yang mumpuni.
                Meneruskan perjalanan di sungai yang berkelok-kelok, kanan kiri sungai tertutup pohon rumbia, ketakutan akan binatang yang tiba-tiba muncul, ahhhh itu hanya pikiran negatif saja. Tak lama kemudian, aku tiba di desa Alalak, di sini lah pusat pengolahan kayu-kayu Borneo berada, banyak kapal-kapal tongkang yang mengangkut batu bara serta kayu. Masih mimpi aku berada di sini, ini lah Borneo?? Aku berpetualang!! My Trip My Adventure (seperti program acara di salah satu station televisi). Mataku terbuka lebar, bahwa Allah SWT memberiku kesempatan yang luar bisa untuk mensyukuri ciptaanNya. Agar aku menambah wawasan, pengalaman, dengan keikhlasan, aku yang berwibawa tanpa menggerutu ini itu.
Alalak, Kecamatan Barito Kuala

Setelah melewai hilir sungai Martapura barulah sampai ke Sungai Barito, tibalah aku di Sungai yang luas, lebar, bikin kaki tangan bergidik, seperti lautan keruh cokelat susu tanpa batas, berarus deras dan berombak, banyak kapal tongkang berlalu lalang, ini itu laut atau sungai pikirku!!! Sungai Barito ya ya ya sungai Barito dengan panjang 900 Km, lebar kurang lebih 730 M dengan kedalaman 14-15 meter, Subhanallah, pantas saja merinding jadinya, jangan berharap jika perahu kelotok mesin mati ditengah-tengah atau kehabisan bensin, ngeri sekali, Astagfirullah Haladzim.
                Menujulah aku ke Pulau Kembang, pulau yang terletak di Delta Sungai Barito, kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala. Pulau Kembang merupakan Pulau habitat kera berekor panjang, kata orang ada beberapa burung, tapi waktu aku di sana hanya mendengar suara burung yang menyayat hati heheh. Di dalamnya terdapat jalan setapak yang dikelilingi pohon rumbia lebat, banyak kera yang berlalu lalang karena ekosistemnya masih alami, tak heran jika kera-kera itu berkeliaran atau  bergelantungan seenaknya dan kadang bertindak agresif. Kera-kera itu dipimpin oleh kera besar yang biasa disebut tumang dan mereka membentuk suatu koloni, Alhamdulillahnya, aku berjumpa dengan si tumang itu, memang besar sekali lho diantara kera-kera yang lain.
Pulau Kembang
Pintu Masuk Pulau Kembang

Itulah salah satu dari bberapa perjalanan yang bisa membuatku bebas. Allah SWT telah menyajikan segalanya, tapi kadang aku lupa bersyukur, yang ada hanya kegundahan tiada makna. Pasrahkan ke Allah SWT bahwa Dia sudah menyiapkannya yang paling baik untuk kita. Walaupun sebagai manusia biasa, masih diselimuti kegaduhan hati. Merantaulah dengan bijaksana, merantaulah dengan tangguh, merantaulah dengan jujur, merantaulah dengan senang hati. Jika aku belum bertemu denganmu cinta, biarlah cintamu yang menemukanku, dan jika kau mencintaiku karena Allah SWT maka cintamu berlandaskan surga yang akan kau temukan diakhirat.
                Salam kangen dariku dari tanah Borneo untuk mu, untuk kalian dan untuk mereka. Perjalanan ini masih panjang dan penuh harapan, banyak doa-doa yang terbesit, semoga apa yang dicita-citakan dapat terlaksana, dan segala impian akan tepat diberikan sesuai dengan porsinya oleh Allah SWT karena Dia tau apa yang kita butuhkan. Titip Rindu yang menggebu, karena suatu saat pasti akan bertemu. Jangan Gundah, biarkan hatiku yang gundah, jangan menangis biarlah aku yang menagis karena apa?? Karena aku tangguh, karena aku bisa, karena aku Perempuan......

Rabu, 03 September 2014

Ketenangan Jiwa Bukan Sakit Jiwa

Memejamkan mata sejenak
Melihat gelap dan berusaha menemukan sebuah titik
Titik yang kecil kemudian membesar
Terfokus dalam serpihan hingga menemukan ketenangan
Hening Hening dan hening
Tak khayal seberkas malam muncul
Muncul dari kata pembesar
Yakni Allah SWT
Diam kemudian semakin sunyi
Tanpa kendali
Kendali untuk memeluk erat sang malam bersama
Sang Khalik
Gelap walaupun siang

Tenang,
Tenang membawamu berada dipuncak pasif, bukan berarti pasif tanpa melakukan apa-apa. Pasif itu dalam artian yang lebih luas lagi. Pasif untuk tetap fokus. Pasif untuk diam tetapi otak yang aktif, aktif merancang strategi, metode, berbicara, bertindak, mendengar, melihat, dan peka. Itulah makna tenang sama dengan pasif yang sesungguhnya.
Tenang membutuhkan pembelajaran lho. Kenapa? Karena ketenangan tidak serta merta turut disaat kita tak menginginkannya, setuju kan? Sekedar pengalaman sederhana aja nih, paling sebel kalau tiba-tiba atasan memberi perintah untuk membuat bahan rapat secara tiba-tiba, kita yang lagi asik mengerjakan yang lain bakal kelimpungan karena tugas yang pertama belum selesai sudah menanti tugas yang kedua. Hadeh...
Contoh lainnya nih, ketika hampir memasuki waktu dzuhur, pemutaran film di bioskop akan segera dimulai 15 menit sesudah adzan. Uda pasti milih cepet-cepet berwudhu terus secepat kilat sholat, berkomat kamit membaca ayat-ayat sampai salam, tanpa dikomando otomatis langsung lipat mukena. Hehehe... astagfirullahaladziim. Karena ga munafik lhoh, ketika aku masih jahiliyah juga begitu, tapi alhamdulillah sadar diri J
Nah, cobalah untuk tetap tenang, okelah tenang itu proses. Tenang menumbuhkan kebeningan jiwa dan hati, dan mengontrol raga. Secara tidak langsung didorong untuk tetap fokus. Kerjakan satu persatu, santai, teliti dan jangan lupa mengucapkan basmalah kemudian beristigfar minimal tiga kali. Jiwa yang tenang lebih disukai Allah SWT karena disitulah rasa keakuan tidak ada lagi, keakuan yang ditimbulkan dapat menyebabkan panik, tergesa-gesa dan pribadi yang cepat marah. Mengheningkan cipta, dirasa perlu tak hanya dilakukan saat upacara aja lhoh. Tapi bisa dilakukan saat hati sedang gundah.
Ketenangan jiwa didapatkan ketika sholat tahajud, memohon kepada Allah SWT ampunan, membuka kembali apa yang telah diperbuat sehari sebelumnya untuk berintrospeksi diri. Rajin-rajinlah berdzikir, insyaAllah bening di hati. Wajah bercahaya, hidup terasa nyaman dan tentram. Kalaupun ada masalah, cari tahu kenapa masalah itu timbul, bagaimana menyelesaikan masalah itu, bukan sebaliknya menyalahkan orang lain atas masalahmu atau malah menyalahkan Allah SWT, naudzubillahimindzalik. Orang hidup pasti punya masalah, mencoba memahami diri sendiri dan orang lain terlebih Allah SWT. Memintalah kepadaNya agar diberi ketenangan, sehingga dapat menyelesaikan semua persoalan dengan tepat, cepat dan selamat.
Allah tentu tidak buta dan tidak tuli, karena Dia Maha Penolong, Maha Melihat, dan Maha Mendengar. Betul bukan?
Allah tidak menyukai ketergesa-gesaan, karena Dia menciptakan dunia seisinyapun tanpa tergesa-gesa, semua dipikir secara seksama dan teliti. Karena Allah itu Maha Sempurna. Seharusnya kita bercermin, misalnya dalam melakukan sholat, tenanglah jangan memikirkan urusan duniawi, kejarlah akhirat, hati-hati karena kita diuji dalam sholat belum bisa menghadirkan Allah SWT disetiap sujudnya. Begitupun dalam bekerja, bekerja membutuhkan ketelitian, ketentraman, jika tergesa-gesa hasilnya pun belum tentu baik, padahal yang sudah teliti saja masih saja salah apalagi yang serampangan.
Jaman sekarang orang ingin instan untuk mendapatkan ketenangan, seperti mengkonsumsi obat-obatan terlarang/ narkoba, padahal perbuatan itu harus dibayar mahal nantinya. Tidak manfaat yang didapat malah menjadi pesakitan di dunia dan akhirat. Hidup ini tidak kekal, semua semu. Apa yang didapat dari ketenangan, ingatlah mati, karena diliang lahat sudah pasti gelap dan tenang, karena sendiri.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’du [13]: 28)
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. Itulah diantara dzikir yang akan mendatangkan ketenangan hati yang hakiki dan permanen (Al Imran [3]: 191)
Nah lhoh, ternyata tenang itu perlu yach kawan? Mari belajar bersama-sama, mulailah dengan diri sendiri, berdzikir disaat waktu luang, ingatlah Allah. Sebagai orang yang sibuk bekerja, berdagang atau, sholat, wajib tenang. Tenanglah untuk dapat berpikir jernih, tenang dapat melatih kesabaran, tidak ada batasan untuk bersabar. Sikap sabar dan ikhlas adalah dua komponen yang saling berkaitan/ tidak bisa dipisahkan. Duduk, tarik napas panjang hembuskan, ucapkan basmalah dan beristigfar. J

Special for u:
1.       Untuk Allah SWT yang selalu membimbingku
2.       Untuk diriku sendiri yang sedang belajar ketenangan
3.       Untuk pekerjaanku yang mebutuhkan konsentrasi dan ketelitian
4.       Untuk orang yang ikhlas membaca blog ku
5.       Untuk jiwa yang tenang

   

Senin, 01 September 2014

RINDU BAITURRAHMAN

Memandang jauh ke arah langit
Biru muda sebening air laut
Nampak barisan awan putih menghiasi
Menemani sang matahari menyapa panasnya bumi
Hangat seperti perlindungan yang Allah berikan
Seperti selimut yang menyelimuti hati nurani
Janji Allah yang selalu Always On
Selalu hadir kepada segenap penggemarnya
Itulah seberkas cinta sesungguhnya
Selembut awan walaupun kenyataannya hampa
Sebiru langit walaupun di atas langit masih ada langit
Teringat akan kepulangan
Pulang untuk menitipkan rindu

Rindu,
Sebuah kata yang simple tapi menggemaskan bukan?? Ya rindu itulah yang menuju ke muara, ke pada siapa, ke mana, bagaimana, dan mengapa muncul kata rindu. Dua hari sebelum keberangkatanku ke Banjarmasin, rinduku menggebu-gebu padahal itu belum lepas landas dari belahan bumi asal aku dibesarkan. Melepas penat dan perasaan tak tenang yang sudah tak terbendung menitikkan air mata, layaknya hujan deras yang mengguyur daratan tandus nan kering, kemudian air mata itu mengalir deras menyusuri daratan rendah dan menghanyutkan senyum yang manis. Alhamdulillah, Allah Yang Maha Mengetahui memahami hatiku dari sudut keegoisan terhadapNya, mungkin sudah tuntunan darinya untuk menengok dan memasuki masjid, well well Masjid Baiturahman Semarang. Terletak di pusat kota, menatap dengan tajam Mall, berdiri kokoh mendampingi Lapangan Simpang Lima, mendengarkan secara saksama suara keramaian kunyahan pengunjung foodcourt, tersenyum lebar kepada calon penghuni surga yang singgah di dirinya, itulah Masjid Baiturrahman.
Tak tahu mengapa hati nuraniku terpesona dengan masjid itu, rindu dengan masjid itu, Subhanallah indahnya tempat untuk bertemu denganMu Ya Allah Azza Wa Jalla. Berusaha untuk mencariMu dan menempatkanMu di hatiku walaupun kadang tergoda untuk pergi ngeMall, jalan-jalan sambil bersenda gurau dan menghabiskan malam di lapangan yang gemerlap itu. Masih mencari-cari alasan yang tepat mengapa aku perhatian dengan masjid ini. Kenapa pula aku sering pergi ke masjid ini, padahal cuma masjid, ya hanya masjid, apa bedanya dengan masjid lain? Jujur saja bahwa banyak hal yang tak kulakukan selama berada di masjid, setelah selesai sholat langsung melipat mukena dan bergegas pergi untuk nongkrong di halaman depan sembari memesan tahu campur, Astagfirullah. Setan apa yang telah merasukiku dulu, hingga lupa berdzikir karena urusan perut.
Masih terngiang pertanyaan dari Kak ai (........), kakak q yang diciptakan Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekurangan sama halnya dengan diriku. “Kenapa sering pergi ke Masjid Baiturahman? Kenapa ga nyoba ke Masjid Agung? Toh megah Masjid Agung kan?”
Deg!! Gleg!! Seperti pertanyaan yang gampang di jawab tapi tak bisa ku jawab dengan alasan yang tepat.
Langsung Kak ai membalas whatsapp ku tanpa menunggu jawaban dariku,
“Karena setelah habis dari masjid bisa langsung pergi ke Mall.”
Hatiku berontak karena bukan tipe seperti itu, yang selalu butuh hiburan ke pusat perbelanjaan.
Setiap hari menggali hatiku sendiri, memecah kebuntuan otakku, menerawang jauh tiap mengucapkan “subhanaka inni kuntum minadholimin”. Inilah pemberontakan itu, hingga pada akhirnya tibalah jawaban itu muncul dengan sendirinya atas dasar rindu. Pemberontakan yang terjadi karena kebutuhan dunia dan akhirat itu dibedakan secara frontal, karena tak diselaraskan dengan seimbang. Padahal manusia diciptakan untuk mencintai dan merindukan Allah Yang Maha Disembah bukan malah ditinggalkan karena fatamorgana semata, yang tidak mutlak untuk dimiliki karena hanya titipan saja. Atas nama cinta yang abadi hingga tiba saatnya jiwa kita jauh dari raga, cinta kita sesungguhnya kepada Allah, beginilah jawabanku atas pertanyaan tak terduga dari Kak Ai.
Ada orang yang sengaja ke masjid untuk beribadah kepada Allah, beribadah dengan cara yang sama yaitu sholat, tapi bedanya apakah setiap orang yang datang ke masjid itu bisa menghadirkan Allah di setiap sholat dan doanya? Kadang kita, termasuk aku sendiri mengaku islam dan mengerjakan sholat sebagai cara menuju surga tapi tak menghadirkan cinta kepadaNya, masih tergesa-gesa sholatnya, memikirkan urusan dunia, seperti uang yang tertinggal di mobil, sandal baru yang belum diamankan usai berwudhu, pekerjaan di kantor yang belum beres, anak yang sedang sakit, dan lain-lain.
Padahal kita berada di masjid, tempat yang benar-benar menyejukkan hati, isi kepala, dan mengolah raga kita agar tetap sehat jasmani serta rohani.
Mengapa masjid ini masih saja terlihat sepi di tengah keramaian. Usai sholat dan berdoa, kuparkirkan diriku di tangga masjid paling atas, duduk termangu menatap pusat kota. Merasakan hembusan angin senja yang sebentar lagi menjadi gelap. Kegelapan yang membawaku melihat secara nyata, inilah dunia. Dunia yang hanya titipan, semu belaka. Kubiarkan pikiranku menerawang jauh, menatap sekelilingku, membiarkan temanku yang asyik SMS an dengan kekasihnya.
Masjid Baiturrahman, kekokohannya dikelilingi pengaruh globalisasi, memanggil rindu kepada Sang Khalik, Allah SWT. Dihadapkan dengan Mall tersibuk dan terpadat dengan urusan jual beli. Ketika adzan berkumandang berjibaku untuk menarik pengunjung Mall agar menghentikan jual beli dan masuk ke dalamnya, ke rumah Allah. Subhanallah. Tapi banyak sekali yang menghiraukan, ibarat telinga mereka tertutup alunan musik, mata mereka memandang kemolekan tubuh dan paras pengunjung lain serta tayangan film, tangan mereka bergerak memasukkan makanan dan menghamburkan uang. Naudzubillahimindzalik.
Sama halnya dengan di luar Mall, ada saja tingkah anak muda yang asik bercengkrama tanpa menyadari hadirnya masjid itu untuk sekedar menyapa Allah yang telah menghidupkannya dan memberinya segala sesuatu termasuk napas. Bergandengan tangan, merangkul yang bukan muhrimnya, naudzubillahimindzalik.
Hiruk pikuknya penikmat makanan, setelah kenyang enggan ke masjid, kadang tak pelak enggan untuk menatap bapak penjual air minum lesehan yang mungkin dia belum makan atau anak penjual koran yang mungkin dia belum merasakan nasi dengan lauk yang enak.
Ah semua itu,,,, “hmm semua itu tergantung individu masing-masing.” Celetuk temanku. Ya memang itu hak orang lain, orang yang mengaku islam tapi tak mencerminkan keislamannya. Bukankan islam itu indah, sesuai ajaran Rosulullah atas dasar Alqur’an. Memang itu hak setiap orang, tapi apakah mereka lupa akan hak dari Sang Pencipta. Bahkan hak Allah lebih mutlak, apakah Nabi Muhammad pernah mengajarkan sholat itu hak kita kepada Allah, maka silakan dilakukan bagi yang merasa berhak? Heii ingat, Sholat adalah kewajiban! Setiap orang tidak berhak meninggalkan sholat. Titik. Sholat adalah tiang agama, kalau tiang itu bengkok atau bahkan rubuh, hilanglah pegangan hidup.
Itulah mengapa rinduku kepada Masjid Baiturrahman, kutitipkan rinduku kepada Allah Yang Maha Mengetahui dan Mendengar agar rindu ini tetap terjaga dan tak berlebihan, agar tetap berkonsentrasi kepada rindu yang sesungguhnya yaitu rumah , rumah masa depan untuk berjumpa dengan Allah.
Begitu kontras bukan? Urusan dunia akan habis oleh waktu, tinggal kapan titipan itu diambil kembali oleh yang berhak. Urusan dunia sudah diatur, tak perlu khawatir, selama mengejar akhirat dengan mengingat Allah, urusan dunia akan mengikutimu selama kamu hidup. Hadirkan Allah disetiap waktu, karena kematian sudah pasti datang.

Ya Allah, Titip Rindu Masjid Baiturrahman Semarang ...


Minggu, 10 Agustus 2014

Mengalihkan Cinta kepada CINTA


             Begitu banyak curhatan hati sahabat, teman tentang cinta, cinta kepada kekasih tentunya. Padahal aku sendiri tak mengerti arti cinta. Tafsiran dalam otakku terlalu dalam sehingga tak bisa semudah itu memahami cinta. Cinta itu apa? 
             Banyak orang update status cinta bikin galau. Coba jika cinta itu semampunya, tak perlu dipaksa dengan kuat agar dapat menyatu jika subjeknya sesama manusia, biasa saja bagai sungai mengalir sampai ke laut sebagai muaranya. Cinta titipkan saja ke Allah, buang kata galau tadi. Jangan menggantungkan cinta kepada orang yang belum tepat. Allah tidak akan cemburu jika cinta kita dibual ke orang lain, tapi Allah akan menyentil kita kalo cinta itu dilebih-lebihkan untuk orang lain selain DIA (Allah SWT). Oh sadar bukan dokter, bukan konsultan yang pintar memberi saran, karena hidup ada luka dan bahagia, tinggal pasrahkan saja kepada Allah, sedikit teriakan saja bahwa jika persoalan itu datang kembalikan sepenuhnya kepada Allah, Ikhlaskan semua, bahwa akan digantikan yang lebih baik lagi, Allah tidak akan bohong lho. Sholat dan berdoalah, jangan lupa bahwa semua hanya titipan. Termasuk cinta, cinta itu titipan karena kembalinya ke Allah. Besarkan cinta untukNya sebagai bekal di akhirat, InsyaAllah urusan dunia mengikuti termasuk rejeki, jodoh dan kematian. Sebagai manusia, ga boleh munafik kalo pernah galau, tapi alhamdulillah Allah pasti membukakan mata, bahwa cinta yang benar-benar cinta itu hanya untuk Allah. Jadi buat sahabatku A, B, C, dan yang tak bisa kusebutkan saking banyaknya lebih dari Z, Ingatlah jika semua itu hanya titipan, mungkin Allah akan menggantikannya dengan yang terbaik. Berdoalah:


Ku Sebut Namamu dalam Doaku...
Ya Allah...
Mungkin aku lupa kalau dia itu milikMu, bukan milikku
Kalaupun aku meminta dirinya, itupun harus seizinMu
Mungkin aku lupa kalau dia KAU ciptakan bukan sepenuhnya untukku, tapi untukMu dan orang lain
Kalaupun aku memperhatikannya, itupun karena anugrah dariMu
Malunya aku menyebut namanya dihadapanMu dalam doaku, tapi....
Bersyukurnya aku karena KAU sudah menciptakannya
Bersyukurnya aku karena KAU memberiku waktu untuk mengenalnya
Bersyukurnya aku karena aku bisa tersenyum untuk kebahagiannya
Bersyukurnya aku karena aku merasakan sedih untuk kesulitannya, walaupun tanpa dia minta
Bersyukurnya aku karena aku peduli dengan hidupnya, walaupun tanpa pamrih darinya
Bersyukurnya aku karena KAU memberiku rasa cinta dan sayang kepadanya, walaupun cinta utamaku hanya untukMu
Aku pun tersadar bahwa, kau yang Maha Tahu atas takdirku dan takdirnya
Aku pun tersadar bahwa untuk menginginkannya harus dengan ridhoMu
Aku pun tersadar bahwa dia yang membuatku terpukau tanpa nafsu
Tapi...
Jika nanti aku tak bisa bertemu lagi dengannya karena waktu dan jarak yang kau tetapkan, jadikanlah dia saudaraku yang tak akan putus walaupun dia bukan pengikatku menuju surgaMu
Dan jika dia KAUciptakan bukan untuk pembimbingku dan pemimpinku kelak, berikanlah aku dan dia seseorang yang baik menurut lahul mafudzMu
Alhamdulillah ya Allah, KAU berikan aku cinta untuknya, KAU berikan aku rasa kangen yang teramat sangat, sangat, dan sangat.
Doaku, jagalah dia untukku ya Allah...
Dan tugasku adalah berkhuznudzon atas takdirmu... hingga aku mendapatkan jawaban dariMu...
Dan aku tak akan memeluknya karena aku takut kepadaMu hingga kau memberkahi dia menjadi hak ku...
                                                                                                             


Rabu, 26 Maret 2014

Murah Hati Konsep Termahal

            Ini kebetulan atau apa namanya, ekor cicak mengingatkan untuk berkencan dengan huruf....hahaha
Disela-sela mengepak buku-buku yang bejibun banyaknya, ga tanggung-tanggung satu tas penuh. Buku ini itu yang akan dihijrahkan ke tempat aslinya. Malam semakin larut, duduk di lantai sebentar, bersandar di dipan kemudian memandang ekor cicak yang terselip di antara lemari dan meja sambil mengulangi kebiasaan saya meremas tangan. Kurasakan telapak tanganku semakin hari semakin kasar alias kapalan. Dimulai dari yang kanan, kini menjalar ke yang kiri. Tapi anehnya bangga banget punya telapak tangan kasar, hehehe.... biarlah, mungkin itu tanda kalau hobby bersih-bersih sama ngrapiin segala sesuatu itu ada timbal baliknya. Setidaknya hobbyku berguna di rumah yang awalnya berantakan ini, setidaknya tenagaku ga sia sia dan sukses, setidaknya belajar untuk bermurah hati. Kebiasaan meremas tangan ditambah terjangkit melihat cicak yang masih aja ga pergi-pergi membuat inspirasi untuk menulis sesuatu. Hmm bukan nulis tentang cicak, tangan, buku atau kapalan. Tapiii... sesuatu yang berkaitan dengan “charity” atau kemurahhatian.

Murah bukan berarti murahan, akan tetapi murah itu ringan, tulus, suka cita. Murah hati berkaitan dengan soul atau jiwa yang setiap orang punyai sejak lahir, tinggal bagaimana membiasakan diri untuk bermurah hati. Tentunya disertai dengan faktor internal dan eksternal. Internal karena jiwa kemanusiaanlah yang bergerak disertai dengan kemampuan baik lahir maupun batin, bisa juga tenaga. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang mendukung untuk mengimplementasikan kemurahhatian, contohnya materi. Murah hati yang dibahas sekarang adalah “membantu” dan “memberi” orang lain yang membutuhkan bantuan baik tenaga, pikiran, hati yang ikhlas sehingga tidak melulu diindentikkan dengan materi belaka.
Orang yang murah hati sejati tidak akan mengumbar sikapnya, tetapi menunjukkan aktivitasnya. Suatu sikap yang luhur adalah membuat diri kita dan orang lain bahagia, dan tidak merugikan siapa pun termasuk diri sendiri.
 Termotivasi dari berbagai macam kesuksesan, orang sukses tidak terlepas dengan hal yang satu ini, orang sukses yang baik tidak boleh kikir atau pelit dengan kesuksesannya. Justru orang sukses diharapkan untuk membagi kesuksesannya dalam berbagai cara, salah satunya berbagi pengalaman, motivasi, mengikuti aktivitas yang membangun dan tindakan positif yang bisa membuat dirinya aktif di kehidupan sosial. Manusia di masyarakat membentuk suatu komunitas, lama-lama komunitas itu akan berkembang dan terus semakin membesar. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang hidupnya saling bergantung dengan orang lain. Ada yang bahagia pasti adapula yang menderita, ada yang menangis pastilah ada yang tertawa, ada yang kaya pasti juga ada yang miskin. Murah hati yang seperti apa yang bisa dikenang orang lain? Stop berpikir kemurahhatian sama dengan materi. Kita belajar bahwa sikap murah hati tidak hanya berhubungan dengan suatu tindakan belas kasih kepada sesorang (sebagai contohnya pengemis) kemudian kita memberikan uang receh, tetapi murah hati mempunyai makna yang lebih besar dan luas sehingga bisa mempengaruhi perilaku dari masing-masing individu sepanjang hayatnya.
Mulailah bersikap murah hati dari keluarga atau rumah, karena murah hati diawali dari kebiasaan “habit”, tidak harus menunggu salah satu keluarga kita yang terkena musibah atau masalah bahkan bisa mengakibatkan menderita. Di sinilah kita dapat memberikan bantuan dalam waktu kapan saja untuk memperkuat diri mereka dan menjadikan mereka sukses bahkan sejahtera. Konsepnya adalah saling tolong menolong, kepribadian orang yang bermurah hati mencerminkan pandangan terhadap arti kesuksesan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Kesuksesan tidak akan terwujud tanpa bantuan orang lain dan tidak akan berarti jika tidak berbagi dengan orang lain. Tidak ada orang kaya jatuh miskin karena sering membantu orang miskin, tidak ada orang sukses hilang kesuksesannya karena mendonasikan apa yang dia miliki kepada orang lain.
Selain pemberian materi yang identik dengan konsep murah hati, ada hal lain yang tidak boleh disingkirkan yaitu sumbangan tenaga dan pikiran, keduanya dapat membantu seseorang untuk meningkatkan prestasi kerja, prestasi belajar dan lain-lain. Kepribadian orang sukses bermurah hati yang lain adalah berlapang dada memaafkan kesalahan orang lain, hal-hal demikian dianggap sebagai proses kehidupan yang tidak selalu ditanggapi dengan emosional dan membiarkannya berlarut-larut atau membuang energi kehidupannya hanya untuk mengurusi masalah tersebut sebab memberikan reaksi berlebihan dapat menimbulkan masalah yang baru. Kepribadian yang baik pasti punya jiwa yang baik, segala sesuatu dijadikan pembelajaran.
Rasulullah SAW bersabda :
“Maafkanlah kesalahan orang yang murah hati, sesungguhnya Allah menuntun tangannya jika dia terpeleset, seorang pemurah hati dekat kepada Allah, dekat kepada manusia dan dekat kepada surga. Seorang yang bodoh tapi murah hati lebih disukai oleh Allah daripada seorang yang alim tapi kikir”.
Bermurah hati selaras dengan rasa syukur kepada Tuhan, tentunya bukan untuk diumbar ke orang lain agar mendapatkan pengakuan dan penilaian dari sekitarnya, meskipun nantinya akan menjadikan konsekuensi/ feedback yang nyata dari sikap tersebut. Orang yang bermurah hati dengan ikhlas tidak akan mencari popularitas terhadap apa yang dilakukannya, melainkan hanya untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup terhadap apa yang sudah diperbuat. Jadilah orang sukses yang Murah Hati.
Sekarang pertanyaannya, Masihkah murah hati mempengaruhi hidupmu? dan Apakah hidupmu dipengaruhi oleh kemurahhatian?
Dikaitkan denga persoalan sekarang ini, jika orang-orang memiliki rasa kemurahhatian yang tinggi tentu tidak ada kemiskinan, kebodohan, kesedihan, dan penderitaan yang lain. Sebagai contoh, seseorang lebih senang sebagai penjilat dan pembohong jika rasa murah hati diplesetkan ke ranah politik, itu fakta. Awalnya murah hati dijadikan alat untuk menarik simpati kemudian memberi ini itu baik sumbangan tenaga, pikiran dan materi. Akan tetapi lama-kelamaan rasa itu pudar jika sudah tak lagi menginginkannya, ayo calon pemimpin-pemimpin jangan kayak gitu ya, kan uda mau coblosan tanggal 9 April 2014 mendatang. Ingat perkataannya Donal Trump “Saya tidak ingin jadi presiden, tapi jika saya mengajukan diri, maka saya pasti akan terpilih.”
Sikap murah hati juga jangan diimplementasikan secara negatif di pendidikannya, jadi anak-anak kan kadang kalo ga bisa ada yang nyontek, bagaimanapun nyontek itu tidak baik. Karena kita nyerah dengan tantangan yang membuat kita ga bisa, ga bisa berarti intinya belajar. Secara konsep murah hati dari jiwa dan kebiasaaan membantu baik materi maupun non materi berupa tenaga dan pikiran. Jadi jangan sampe karena saking murah hatinya terus ngasih contekan ke temen-temen. Kalo itu wajib pelit demi suksesnya pendidikan di tanah air kita ini.
Belajar dari konsep yang gampang, bermurah hati dan berpotensi maju. Jika kamu ingin kenal siapa dirimu, maka pahami pribadimu sendiri.” Ga salah kan ya... berarti karena pribadi orang itu unik dan beda sama yang lainnya. Tapi setidaknya jangan remehkan kata murah hati “membantu” dan “memberi”, prinsipnya hampir sama dengan budaya nenek moyang bangsa ini yaitu gotong royong. Murah hati mencerminkan kosep mahal yang ditawarkan tak hanya mempengaruhi individu sebagai makhluk yang hakiki tetapi sebagai point of view di masa yang akan datang. 


Jumat, 10 Januari 2014

Air Terjun Songgo Langit: Aset Jepara

               Asal usul Jepara sebagai kota ukir tentunya familiar bagi telinga masyarakat, tidak hanya masyarakat daerah Jawa Tengah tetapi juga di luar itu. Boleh dikatakan demikian karena kebanyakan masyarakatnya memiliki keterampilan kagunan seni, terutama seni wood carving. Menurut asal-usulnya dikisahkan bahwa Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terdapat seorang patih bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Campa (Kamboja) ternyata seorang ahli memahat pula. Sampai kini hasil karya Patih tersebut masih bisa dilihat di komplek Masjid Kuno dan Makam Ratu Kalinyamat yang dibangun pada abad XVI. Keruntuhan Kerajaan Majapahit telah menyebabkan tersebarnya para ahli dan seniman hindu ke berbagai wilayah paruh pertama abad XVI. Di dalam pengembangannya, seniman-seniman tersebut tetap mengembangkan keahliannya dengan menyesuaikan identitas di daerah baru tersebut sehingga timbulah macam-macam motif kedaerahan seperti : Motif Majapahit, Bali, Mataram, Pajajaran, dan Jepara yang berkembang di Jepara hingga kini.
     

          Keindahan seni wood carving bisa dinikmati sepanjang jalan menuju ke arah pusat kota Jepara, Yakni di Tahunan dan Mulyoharjo. Sepanjang jalan tersebut banyak galeri-galeri yang menjual perabotan kayu. Itulah mengapa pembangunan daerah Jepara secara tidak langsung berkaitan dengan masuknya devisa dari kegiatan ekspor impor bahan baku ukir, baik mentah maupun barang jadi. 

      Itu sepenggal cerita menarik dari Jepara, ada hal lain yang tak boleh ketinggalan untuk dishare kepada pembaca, selain Jepara berada di pesisir pantai utara Jawa yang tentunya memiliki pantai indah seperti Bandengan, Kartini dan meliputi pantai yang terdapat di kepulauan Karimun Jawa. Di Sini juga terdapat air terjun yang tak kalah menariknya. Pertama kali mengunjungi Jepara, tak menduga jika ada objek wisata alam lain selain pantai. Perlu dianalisa terlebih dahulu. Letak Jepara berbatasan dengan Kudus dan Pati di mana ketiga daerah tersebut di paku bumi oleh Gunung Muria. Nah berarti Jepara juga memiliki daerah dataran tinggi. Air terjun indah ini bernama Songgo Langit. Bercerita mengenai nama Songgo Langit, Songggo dalam bahasa Jawa berarti Menyangga dan langit berarti Langit/ angkasa. Mengapa disebut demikian, bisa dimungkinkan karena air terjun yang dipandang dari atas mirip penyangga lurus berwarna putih yang sedang menancap di angkasa.
                           (Air Terjun Songgo langit)

      Air terjun ini mempunyai ketinggian 80 meter dan lebar 2 meter. Di bawahnya terdapat kolam penampungan air yang mencapai kedalaman 3 meter yang dapat digunakan untuk mandi atau berenang. Letaknya sendiri berada di Desa Ngelencer, Bucu, Kembang  Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Jarak tempuh dari alun-alun Jepara kurang lebih 1,5 jam. Jika memiliki hobby touring dan adventure tentunya bisa pergi memakai kendaraan roda dua, tapi tak perlu khawatir kendaraan mini bus juga bisa masuk ke area air terjun tersebut. Infrastruktur jalan menuju lokasi sudah tergolong tipe 2, beraspal selebar 2-3 meter.

      Sekedar Informasi tiket masuk tergolong sangat murah, 1.500IDR di hari biasa dan 2000IDR di hari libur.
           Menurut kepercayaan air yang ada di air terjun tersebut bisa membuat awet muda. Tapi sebaiknya sebagai orang yang memiliki latar belakang keilmuan, tentunya ada benarnya juga alasan tersebut, karena air terjun tersebut emiliki temperatur dingin karena berada di kaki Gunung Muria. Air dingin bermanfaat untuk kelembapan kulit, air dingin juga dapat menstimulasi otot-otot yang kaku dan mengecilkan pori-pori. Tapi tidak ada korelasi orang yang hidup di hawa dingin bisa hidup lebih lama dibandingkan dengan orang yang hidup di daerah panas. Itu Ga bener ya kawan!
      Tapi sebaiknya di manapun berekreasi tetap waspada untuk tetap berhati-hati, jangan sampai euforia manikmati liburan sia-sia karena kecerobohan diri sendiri. Bendungan bawah di Air terjun Songgo Langit memiliki kedalaman 3 meter malah mungkin bisa mencapai 5 meter jika intensitas air yang mengalir semakin deras sehingga dapat menggerus lapisan tanah didalamnya. Berdasarkan pemberitan di Kompas (1/1/2013) tepat di tahun baru Air Terjun Songgo Langit telah menelan korban jiwa. Seorang wisatawan Sugianto (26) warga Kudus menghilang ketika berenang di bawah air terjun. 
      Hmm, ada beberapa koreksian mengenai tempat wisata tersebut. Jika ingin mandi di sekitar air terjun sebaiknya berhati-hati karena banyak batu-batuan yang masih tajam serta berlumut, ditambah sampah sisa makanan ringan yang kadang berserakan diarea parkir. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat terutama pengunjung yang masih kurang bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan. Kamar mandi yang kotor, air yang tidak mengalir serta rusaknya pintu kamar mandi menjadikan tak sedap dipandang mata. Berharap Perda Nomor 20 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (K3) di Kabupaten Jepara dapat terlaksana secara maksimal.
      Tentu baiknya ada bekerja sama dengan pihak swasta dan pemerintah dalam mengembangkan tepat wisata. Sebagai cerminan atau contoh pembangunan infrastruktur mengenai track jalan kaki dan penataan gazebo di Pantai Bandengan yang terbengkalai dan tak sesuai dengan fungsinya, ditambah tak adanya pengendalian atau upaya pencegahan abrasi pantai membuat jarak antara jalan dan bibir pantai semakin dekat. 
      Demikian potret yang dapat dijadikan referensi mengenai Trus Karya Tataning Bumi, semoga sesuai dengan harapan untuk berkarya membangun Bumi Jepara agar semakin baik.