Rabu, 03 September 2014

Ketenangan Jiwa Bukan Sakit Jiwa

Memejamkan mata sejenak
Melihat gelap dan berusaha menemukan sebuah titik
Titik yang kecil kemudian membesar
Terfokus dalam serpihan hingga menemukan ketenangan
Hening Hening dan hening
Tak khayal seberkas malam muncul
Muncul dari kata pembesar
Yakni Allah SWT
Diam kemudian semakin sunyi
Tanpa kendali
Kendali untuk memeluk erat sang malam bersama
Sang Khalik
Gelap walaupun siang

Tenang,
Tenang membawamu berada dipuncak pasif, bukan berarti pasif tanpa melakukan apa-apa. Pasif itu dalam artian yang lebih luas lagi. Pasif untuk tetap fokus. Pasif untuk diam tetapi otak yang aktif, aktif merancang strategi, metode, berbicara, bertindak, mendengar, melihat, dan peka. Itulah makna tenang sama dengan pasif yang sesungguhnya.
Tenang membutuhkan pembelajaran lho. Kenapa? Karena ketenangan tidak serta merta turut disaat kita tak menginginkannya, setuju kan? Sekedar pengalaman sederhana aja nih, paling sebel kalau tiba-tiba atasan memberi perintah untuk membuat bahan rapat secara tiba-tiba, kita yang lagi asik mengerjakan yang lain bakal kelimpungan karena tugas yang pertama belum selesai sudah menanti tugas yang kedua. Hadeh...
Contoh lainnya nih, ketika hampir memasuki waktu dzuhur, pemutaran film di bioskop akan segera dimulai 15 menit sesudah adzan. Uda pasti milih cepet-cepet berwudhu terus secepat kilat sholat, berkomat kamit membaca ayat-ayat sampai salam, tanpa dikomando otomatis langsung lipat mukena. Hehehe... astagfirullahaladziim. Karena ga munafik lhoh, ketika aku masih jahiliyah juga begitu, tapi alhamdulillah sadar diri J
Nah, cobalah untuk tetap tenang, okelah tenang itu proses. Tenang menumbuhkan kebeningan jiwa dan hati, dan mengontrol raga. Secara tidak langsung didorong untuk tetap fokus. Kerjakan satu persatu, santai, teliti dan jangan lupa mengucapkan basmalah kemudian beristigfar minimal tiga kali. Jiwa yang tenang lebih disukai Allah SWT karena disitulah rasa keakuan tidak ada lagi, keakuan yang ditimbulkan dapat menyebabkan panik, tergesa-gesa dan pribadi yang cepat marah. Mengheningkan cipta, dirasa perlu tak hanya dilakukan saat upacara aja lhoh. Tapi bisa dilakukan saat hati sedang gundah.
Ketenangan jiwa didapatkan ketika sholat tahajud, memohon kepada Allah SWT ampunan, membuka kembali apa yang telah diperbuat sehari sebelumnya untuk berintrospeksi diri. Rajin-rajinlah berdzikir, insyaAllah bening di hati. Wajah bercahaya, hidup terasa nyaman dan tentram. Kalaupun ada masalah, cari tahu kenapa masalah itu timbul, bagaimana menyelesaikan masalah itu, bukan sebaliknya menyalahkan orang lain atas masalahmu atau malah menyalahkan Allah SWT, naudzubillahimindzalik. Orang hidup pasti punya masalah, mencoba memahami diri sendiri dan orang lain terlebih Allah SWT. Memintalah kepadaNya agar diberi ketenangan, sehingga dapat menyelesaikan semua persoalan dengan tepat, cepat dan selamat.
Allah tentu tidak buta dan tidak tuli, karena Dia Maha Penolong, Maha Melihat, dan Maha Mendengar. Betul bukan?
Allah tidak menyukai ketergesa-gesaan, karena Dia menciptakan dunia seisinyapun tanpa tergesa-gesa, semua dipikir secara seksama dan teliti. Karena Allah itu Maha Sempurna. Seharusnya kita bercermin, misalnya dalam melakukan sholat, tenanglah jangan memikirkan urusan duniawi, kejarlah akhirat, hati-hati karena kita diuji dalam sholat belum bisa menghadirkan Allah SWT disetiap sujudnya. Begitupun dalam bekerja, bekerja membutuhkan ketelitian, ketentraman, jika tergesa-gesa hasilnya pun belum tentu baik, padahal yang sudah teliti saja masih saja salah apalagi yang serampangan.
Jaman sekarang orang ingin instan untuk mendapatkan ketenangan, seperti mengkonsumsi obat-obatan terlarang/ narkoba, padahal perbuatan itu harus dibayar mahal nantinya. Tidak manfaat yang didapat malah menjadi pesakitan di dunia dan akhirat. Hidup ini tidak kekal, semua semu. Apa yang didapat dari ketenangan, ingatlah mati, karena diliang lahat sudah pasti gelap dan tenang, karena sendiri.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’du [13]: 28)
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. Itulah diantara dzikir yang akan mendatangkan ketenangan hati yang hakiki dan permanen (Al Imran [3]: 191)
Nah lhoh, ternyata tenang itu perlu yach kawan? Mari belajar bersama-sama, mulailah dengan diri sendiri, berdzikir disaat waktu luang, ingatlah Allah. Sebagai orang yang sibuk bekerja, berdagang atau, sholat, wajib tenang. Tenanglah untuk dapat berpikir jernih, tenang dapat melatih kesabaran, tidak ada batasan untuk bersabar. Sikap sabar dan ikhlas adalah dua komponen yang saling berkaitan/ tidak bisa dipisahkan. Duduk, tarik napas panjang hembuskan, ucapkan basmalah dan beristigfar. J

Special for u:
1.       Untuk Allah SWT yang selalu membimbingku
2.       Untuk diriku sendiri yang sedang belajar ketenangan
3.       Untuk pekerjaanku yang mebutuhkan konsentrasi dan ketelitian
4.       Untuk orang yang ikhlas membaca blog ku
5.       Untuk jiwa yang tenang

   

Senin, 01 September 2014

RINDU BAITURRAHMAN

Memandang jauh ke arah langit
Biru muda sebening air laut
Nampak barisan awan putih menghiasi
Menemani sang matahari menyapa panasnya bumi
Hangat seperti perlindungan yang Allah berikan
Seperti selimut yang menyelimuti hati nurani
Janji Allah yang selalu Always On
Selalu hadir kepada segenap penggemarnya
Itulah seberkas cinta sesungguhnya
Selembut awan walaupun kenyataannya hampa
Sebiru langit walaupun di atas langit masih ada langit
Teringat akan kepulangan
Pulang untuk menitipkan rindu

Rindu,
Sebuah kata yang simple tapi menggemaskan bukan?? Ya rindu itulah yang menuju ke muara, ke pada siapa, ke mana, bagaimana, dan mengapa muncul kata rindu. Dua hari sebelum keberangkatanku ke Banjarmasin, rinduku menggebu-gebu padahal itu belum lepas landas dari belahan bumi asal aku dibesarkan. Melepas penat dan perasaan tak tenang yang sudah tak terbendung menitikkan air mata, layaknya hujan deras yang mengguyur daratan tandus nan kering, kemudian air mata itu mengalir deras menyusuri daratan rendah dan menghanyutkan senyum yang manis. Alhamdulillah, Allah Yang Maha Mengetahui memahami hatiku dari sudut keegoisan terhadapNya, mungkin sudah tuntunan darinya untuk menengok dan memasuki masjid, well well Masjid Baiturahman Semarang. Terletak di pusat kota, menatap dengan tajam Mall, berdiri kokoh mendampingi Lapangan Simpang Lima, mendengarkan secara saksama suara keramaian kunyahan pengunjung foodcourt, tersenyum lebar kepada calon penghuni surga yang singgah di dirinya, itulah Masjid Baiturrahman.
Tak tahu mengapa hati nuraniku terpesona dengan masjid itu, rindu dengan masjid itu, Subhanallah indahnya tempat untuk bertemu denganMu Ya Allah Azza Wa Jalla. Berusaha untuk mencariMu dan menempatkanMu di hatiku walaupun kadang tergoda untuk pergi ngeMall, jalan-jalan sambil bersenda gurau dan menghabiskan malam di lapangan yang gemerlap itu. Masih mencari-cari alasan yang tepat mengapa aku perhatian dengan masjid ini. Kenapa pula aku sering pergi ke masjid ini, padahal cuma masjid, ya hanya masjid, apa bedanya dengan masjid lain? Jujur saja bahwa banyak hal yang tak kulakukan selama berada di masjid, setelah selesai sholat langsung melipat mukena dan bergegas pergi untuk nongkrong di halaman depan sembari memesan tahu campur, Astagfirullah. Setan apa yang telah merasukiku dulu, hingga lupa berdzikir karena urusan perut.
Masih terngiang pertanyaan dari Kak ai (........), kakak q yang diciptakan Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekurangan sama halnya dengan diriku. “Kenapa sering pergi ke Masjid Baiturahman? Kenapa ga nyoba ke Masjid Agung? Toh megah Masjid Agung kan?”
Deg!! Gleg!! Seperti pertanyaan yang gampang di jawab tapi tak bisa ku jawab dengan alasan yang tepat.
Langsung Kak ai membalas whatsapp ku tanpa menunggu jawaban dariku,
“Karena setelah habis dari masjid bisa langsung pergi ke Mall.”
Hatiku berontak karena bukan tipe seperti itu, yang selalu butuh hiburan ke pusat perbelanjaan.
Setiap hari menggali hatiku sendiri, memecah kebuntuan otakku, menerawang jauh tiap mengucapkan “subhanaka inni kuntum minadholimin”. Inilah pemberontakan itu, hingga pada akhirnya tibalah jawaban itu muncul dengan sendirinya atas dasar rindu. Pemberontakan yang terjadi karena kebutuhan dunia dan akhirat itu dibedakan secara frontal, karena tak diselaraskan dengan seimbang. Padahal manusia diciptakan untuk mencintai dan merindukan Allah Yang Maha Disembah bukan malah ditinggalkan karena fatamorgana semata, yang tidak mutlak untuk dimiliki karena hanya titipan saja. Atas nama cinta yang abadi hingga tiba saatnya jiwa kita jauh dari raga, cinta kita sesungguhnya kepada Allah, beginilah jawabanku atas pertanyaan tak terduga dari Kak Ai.
Ada orang yang sengaja ke masjid untuk beribadah kepada Allah, beribadah dengan cara yang sama yaitu sholat, tapi bedanya apakah setiap orang yang datang ke masjid itu bisa menghadirkan Allah di setiap sholat dan doanya? Kadang kita, termasuk aku sendiri mengaku islam dan mengerjakan sholat sebagai cara menuju surga tapi tak menghadirkan cinta kepadaNya, masih tergesa-gesa sholatnya, memikirkan urusan dunia, seperti uang yang tertinggal di mobil, sandal baru yang belum diamankan usai berwudhu, pekerjaan di kantor yang belum beres, anak yang sedang sakit, dan lain-lain.
Padahal kita berada di masjid, tempat yang benar-benar menyejukkan hati, isi kepala, dan mengolah raga kita agar tetap sehat jasmani serta rohani.
Mengapa masjid ini masih saja terlihat sepi di tengah keramaian. Usai sholat dan berdoa, kuparkirkan diriku di tangga masjid paling atas, duduk termangu menatap pusat kota. Merasakan hembusan angin senja yang sebentar lagi menjadi gelap. Kegelapan yang membawaku melihat secara nyata, inilah dunia. Dunia yang hanya titipan, semu belaka. Kubiarkan pikiranku menerawang jauh, menatap sekelilingku, membiarkan temanku yang asyik SMS an dengan kekasihnya.
Masjid Baiturrahman, kekokohannya dikelilingi pengaruh globalisasi, memanggil rindu kepada Sang Khalik, Allah SWT. Dihadapkan dengan Mall tersibuk dan terpadat dengan urusan jual beli. Ketika adzan berkumandang berjibaku untuk menarik pengunjung Mall agar menghentikan jual beli dan masuk ke dalamnya, ke rumah Allah. Subhanallah. Tapi banyak sekali yang menghiraukan, ibarat telinga mereka tertutup alunan musik, mata mereka memandang kemolekan tubuh dan paras pengunjung lain serta tayangan film, tangan mereka bergerak memasukkan makanan dan menghamburkan uang. Naudzubillahimindzalik.
Sama halnya dengan di luar Mall, ada saja tingkah anak muda yang asik bercengkrama tanpa menyadari hadirnya masjid itu untuk sekedar menyapa Allah yang telah menghidupkannya dan memberinya segala sesuatu termasuk napas. Bergandengan tangan, merangkul yang bukan muhrimnya, naudzubillahimindzalik.
Hiruk pikuknya penikmat makanan, setelah kenyang enggan ke masjid, kadang tak pelak enggan untuk menatap bapak penjual air minum lesehan yang mungkin dia belum makan atau anak penjual koran yang mungkin dia belum merasakan nasi dengan lauk yang enak.
Ah semua itu,,,, “hmm semua itu tergantung individu masing-masing.” Celetuk temanku. Ya memang itu hak orang lain, orang yang mengaku islam tapi tak mencerminkan keislamannya. Bukankan islam itu indah, sesuai ajaran Rosulullah atas dasar Alqur’an. Memang itu hak setiap orang, tapi apakah mereka lupa akan hak dari Sang Pencipta. Bahkan hak Allah lebih mutlak, apakah Nabi Muhammad pernah mengajarkan sholat itu hak kita kepada Allah, maka silakan dilakukan bagi yang merasa berhak? Heii ingat, Sholat adalah kewajiban! Setiap orang tidak berhak meninggalkan sholat. Titik. Sholat adalah tiang agama, kalau tiang itu bengkok atau bahkan rubuh, hilanglah pegangan hidup.
Itulah mengapa rinduku kepada Masjid Baiturrahman, kutitipkan rinduku kepada Allah Yang Maha Mengetahui dan Mendengar agar rindu ini tetap terjaga dan tak berlebihan, agar tetap berkonsentrasi kepada rindu yang sesungguhnya yaitu rumah , rumah masa depan untuk berjumpa dengan Allah.
Begitu kontras bukan? Urusan dunia akan habis oleh waktu, tinggal kapan titipan itu diambil kembali oleh yang berhak. Urusan dunia sudah diatur, tak perlu khawatir, selama mengejar akhirat dengan mengingat Allah, urusan dunia akan mengikutimu selama kamu hidup. Hadirkan Allah disetiap waktu, karena kematian sudah pasti datang.

Ya Allah, Titip Rindu Masjid Baiturrahman Semarang ...