Minggu, 18 Agustus 2019

KAMU


Teruntuk wanita yang merasa tersakiti...
Teruntuk wanita tukang curhat di socmed...
Teruntuk wanita yang merasa direbut pacarnya...
Teruntuk wanita yang susah move on...

Ketika ku baca sepintas isi pikiranmu ntah bagaimana, kadang ku iba, tapi kadang juga aku gregetan....

Masihkah engkau merasa tersakiti? Janganlah seenaknya memaknai dengan kata rasa-rasanya.
Ntah kesekian kali mungkin kau menuangkan kalimat yang apik dan menawan dengan sudut pandangmu sendiri:
“Hallo, Bagaimana kabar komitmen saat pacaran? Bukankah menghargai hal kecil lebih bermakna daripada mengabaikannya lalu memilih menghadapi yang besar (menikah) tiba-tiba dengan orang lain?”

Lalu apa kabar kau yang mengagungkan pacaran? Seharusnya kau sebagai wanita memahami resiko berpacaran, padahal dengan ayat indah-Nya, Allah SWT sudah menyiapkan sarana untuk beribadah dengan menikah tanpa harus pacaran. Tentunya sebagai muslimah kau harus tau hal itu? Aku tau, ikut andilnya seorang laki-laki memungkinkan pacaran terjadi untuk saling memberi janji dan menerima janji. Tapi janji komitmen di dalam pacaran tidak selalu ditakdirkan menikah oleh Allah SWT.

Aku juga tau, lelakimu yang dulu adalah lelaki yang baik budinya (insyaAllah) karena yang patut menilai adalah Allah SWT batin dan niat seseorang. Tak banyak yang kau tau, karena memang tidak seharusnya kau tau. Biarlah dalam benakmu, perempuan lain lah yang merebut lelakimu itu dan lelakimu itu rela melepaskanmu. Padalah apa yang kau pikirkan tidak sedemikian rupa seperti kau memukul rata kesakitan mu.  

Kau tidak tau, rahasia Allah SWT yang sesungguhnya, kau juga tidak tau apa yang kami tutupi dari dirimu. Bukan perjodohan, bukan karena uang, bukan karena keterpaksaan, bukan karena hubungan perzinahan. Ini semua karena niat dan memang kehendak Allah SWT.

Kau harusnya belajar dari kisah Luna Maya, Syahrini dan Reino Barack atau bahkan pasangan-pasangan lain. Tidak sepantasnya mencari pembenaran akan jodoh dari Allah SWT dan memaksakan kehendak bahwa dia adalah yang harus bersanding di pelaminan bersamamu. Ingatlah Menikah adalah ibadah untuk mencari ridho Allah SWT.

Saat ini ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan, “Apakah kau dulu sebagai wanita pernah menyakiti wanita lain?” “Apakah kau sebagai wanita pernah bermain api dengan laki-laki lain yang bukan hakmu?” “Bagaimana pergaulanmu dulu?” Iya aku menanyakan dirimu yang dulu dan bukan yang sekarang, ku pikir dirimu sekarang jauh lebih baik dan sangat baik dengan segala kelebihanmu itu. Jika kau membicarakan balasan terhadapku yang kau anggap telah merebut pacarmu untuk menikah denganku, maka bagaimana denganmu? Apa kau juga mendapat balasan?

Kau juga mungkin membicarakan hak, kau mungkin akan menyimpan tautan-tautan yang isinya keluh kesah atau sekedar cerita motivasi tentang balasan wanita yang merebut hak milik orang lain. Tapi pacaran bukan berarti saling memiliki satu sama lain. Cara yang sepantasnya adalah dengan menikah terlebih dahulu. Sekarang, bagaimana dengan komitmen pacaran? Aku tegaskan pacaran tidak ada komitmen yang mengikat. Komitmen terbentuk diawal ketika orang tua saling merestui dan pernikahan dilangsungkan, itulah komitmen ibadah yang sesungguhnya.

Tidak semua laki-laki yang rela melepaskanmu jahat dan kejam, tidak semua laki-laki yang tidak menikahimu ingkar janji. Janji ketika pacaran adalah bukan janji. Jangan salahkan wanita yang kau anggap merebut kebahagiaanmu kala pacaran, jika kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam perjalanan hidup laki-lakimu dan wanita itu. Fokuslah untuk saling memaafkan, fokuslah untuk menjalani hidup masing-masing tanpa harus menyalahkan satu sama lain atau bahkan mencari pembenaran.

Aku juga bersalah padamu, membiarkan laki-laki itu masuk dalam hidupku, tapi memang laki-laki diawal harus ditegaskan dengan satu kalimat “kau memilih dia atau aku?” Wanita juga harus tegas mengucapkan hal tersebut, selama laki-laki itu belum menikah dengan orang lain, maka saat itulah laki-laki berhak menentukan pilihan calon istri yang baik menurut agamanya.

Aku tidak tahu, apakah wanita-wanita lain diluar sana setuju dengan narasiku. Tapi yang aku yakini, kehendak Allah SWT merupakan buah dari lantunan doa orang tua.

Untuk wanita yang merasa tersakiti,,,, tidak semua laki-laki itu bejat karena tidak jadi menikahimu dan tidak semua wanita yang kau anggap merebut pacarmu adalah wanita hina yang mengambil kebahagiaanmu. Resiko Pacaran mengintai semua orang, jadi jangan salahkan Allah SWT jika mungkin cara menegurmu membuat sedih. Lalu terisak berkeluh kesah kepada Allah SWT atas apa yang terjadi.

Semoga sebagai manusia, kita jangan merasa sok suci dan sok baik, tapi sebagai sesama muslim saling mengingatkan dan mendoakan yang terbaik. Aamiin.

Sabtu, 18 Mei 2019

Penyejuk dalam Q.S Al-Anbiya : 89


Pertama, percaya bahwa Allah SWT itu Maha Baik. Dia ga pernah telat ngasih apapun, pokoknya semuanya on time dan sesuai porsinya.
            Pernah suatu ketika, mendengar satu ayat :
                                                                     











Q.S Al Anbiya : 89
“Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris yang paling baik.”

            Memahami makna ayat tersebut, demi Allah bergetar hati, tanda bahwa Allah SWT sudah memikirkan bahwa manusia sejatinya makhluk sosial yang ga bisa hidup sendiri tanpa ada kasih sayang dari orang lain. Allah SWT sendiri telah menjamin semuanya, termasuk urusan jodoh, rejeki, dan mati. Jadi, jangan pernah menilai bahwa jodoh itu ada karena kita mencari sendiri, jangan pernah menilai rejeki itu hanya uang, jangan pernah menilai bahwa yang tua akan mati terlebih dahulu.

Perihal Jodoh
            Saya akan memberika suatu cerita untuk memudahkan bahwa semua yang tidak mungkin menjadi mungkin karena Allah SWT.
Ada suatu kisah nyata ketika, seorang perempuan mengamalkan Q.S Al-Anbiya : 89 tersebut, memohon doa agar diberikan jodoh disaat yang tepat karena menunggu 29 tahun menanti datangnya suatu pernikahan. Berbagai sindiran, ejekan, pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan sampai dia alami. Kemudian, disuatu waktu secara tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang tak dikenal dan usianya terpaut 4 tahun lebih muda dari perempuan tersebut dan mengajak berkenalan, lalu laki-laki tersebut meminta keseriusan perempuan dan si perempuan menjawab “Saya sudah punya jawabannya, kalau mau pastinya datang dan temui orang tua saya”.
Mendengar perkataan tersebut, terkesima dan campur aduklah hati laki-laki itu dengan keseriusannya. Kemudian, akhirnya datang memohon restu dari orang tua si perempuan tadi. Ternyata, laki-laki tersebut memang sejak dulu diminta orang tuanya untuk lebih mengenal si perempuan tadi, dengan pertimbangan bahwa ini merupakan kata hati orang tua, sehingga tidak bisa dinalar dengan akal sehat, ibarat seperti ada keyakinan tapi tidak ada alasan, ditambah orang tua si laki-laki hanya melihat melalui foto, hal ini menambah rasa tidak masuk akal bukan? Dan Laki-laki tersebut memang sudah lama memendam keinginan untuk mengenal dan telah memendam rasa terhadap perempuan tadi sejak tahun 2015 , padahal pada saat itu, si laki-laki tersebut sudah memiliki kekasih.
Sehingga betapa kagetnya orang tua dari laki-laki itu diminta datang ke rumah orang tua si perempuan dan ternyata orang tua si perempuan merupakan teman akrab dari orang tua laki-laki tersebut, lalu untuk selanjutnya pernikahan pun digelar. Seakan dunia ini begitu sempit bukan? Dan Allah SWT Maha membolak balikkan hati.
Kadang restu orang tua yang dianggap remeh adalah sebuah kunci jawaban dari Allah SWT atas segala keraguan yang ada. Bukan jodoh karena sebab orang tua, tetapi orang tua adalah wali kita didunia yang doa-doanya merupakan kebaikan untuk anak-anaknya.
Setelah kejadian tersebut, masih ada cobaan datang. Kekasih laki-laki tersebut merasa terzalimi Bahwa perempuan itu telah merebut laki-laki itu darinya. Pernahkan mendengar perkataan anak ABG tentang “pacarku direbut orang”. Nah kisahnya hampir sama seperti itu. Bukankah pernikahan adalah ibadah yang tepat dibanding pacaran? Bukankan menebar dan menerima janji-janji yang tak pasti akan terasa menyakitkan jika belum adanya pernikahan tapi sudah meyakini bahwa dia adalah jodoh kita? Sehingga sampai dikenal dengan istilah susah move on.
Allah SWT menjodohkan laki-laki dan perempuan tidak melulu soal kemiripan wajahnya, tetapi lebih menekankan tentang sifatnya, kepribadiannya dan cara berpikir yang sesuai satu sama lain, bahkan tidak menutup kemungkinan saling menutupi kekurangan dari pasangan agar kehidupan rumah tangga berjalan seimbang. Sehingga, perihal jodoh memang tidak disangka-sangka, Allah yang menentukan jalan kemana arahnya menggiring manusia-manusia menemukan satu sama lain layaknya Nabi Adam, A.S dan Siti Hawa.
Tetaplah berprasangka baik kepada Allah SWT, menggali potensi diri dengan kebaikan, aktifitas yang bermanfaat, dan ridho dengan ketetapanNya.
Allah SWT telah menetapkan jalan setiap orang, jika berubah menuju kebaikan maka Allah SWT tanamkan kebaikan dan kemanfaatan dihidup kita. Cobalah untuk memohon dengan sangat kepada Allah, selayaknya anak kecil yang meminta dengan sungguh-sungguh. Allah SWT pun pasti tak sampai hati melihat umatnya menderita bukan? Karena Allah SWT Maha Bijaksana.

Perihal Keturunan / Waris
            Memperoleh anak merupakan salah satu rejeki dari Allah SWT. Itu tandanya sebagai orang tua telah mampu bertanggung jawab memikul amanah yang telah di berikan Allah SWT. Pernahkah mendengar kata-kata “Pejuang Buah Hati”?
            Ya... adakalanya suatu pernikahan akan lengkap jika memperoleh keturunan putra/ putri sholeh dan sholehah. Namun bagaimana jika Allah SWT belum memberikan rejeki tersebut? Padahal berbagai macam upaya yang dilakukan, dari program hamil bayi tabung, inseminasi ke rahim ibu, atau dari makanan yang ibu/ bapak konsumsi.
            Jika Allah SWT belum memberikan rejeki itu, maka wajiblah suami dan istri tetap saling mencintai 100%. Karena kasih sayang itulah timbul rasa saling menguatkan satu sama lain. Bukankan pernikahan didasarkan niatan agama dan ibadah? Maka segala kekurangan dan kelebihan pasangan saling melengkapi, tanpa ada menyalahkan satu sama lain. Ikhtiar boleh berbeda-beda, namun Allah SWT tau mana yang terbaik dan tepat memberikan apa yang kita butuhkan.
            Ada suatu cerita kisah nyata dari teman, mereka sepasang suami istri telah menikah selama 6 tahun dan belum dikaruniai seorang anak, berbagai pemeriksaan medis telah dilakukan dari dokter A ke dokter Z dan hasilnya memang semua normal. Suami dan istri memang sedang menjalani kehidupan Long Distance Mariage (LDM) , dengan kepasrahan yang ada dan tekanan dari pihak keluarga serta teman-teman dan akhirnya pada suatu ketika puasa tahun 2018 lalu, dengan usaha doa dan melaksanakan sedekah secara terus menerus, setelah hari raya Idul Fitri sang istri dinyatakan mengandung oleh dokter melalui pemeriksaan medis, dan disaat itu pulalah sang istri memperoleh rejeki ganda dengan memperoleh Surat keputusan Mutasi agar lebih dekat dengan suaminya. Allah SWT Maha baik bukan, memberikan disaat yang tepat! Yang tidak mereka sangka-sangka.
            Allah SWT hanya meminta pasrah terhadap setiap usaha yang telah dilakukan. Inilah cara Allah SWT menguji setiap kesabaran. Bahkan ada pula yang lebih dari 15 tahun pernikahan belum memiliki keturunan. Tetaplah saling mencintai pasangan masing-masing. Allah SWT tidak akan membiarkan umatnya sedih, Allah SWT telah mempertimbangkan sebelum kita ada.
            Maka tetaplah meyakini bahwa Allah SWT memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Seperti kisah nabi Zakariya A.S yang memohon kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan memang Nabi Zakariya A.S tidak pernah menunda-nunda apa yang mennjadi perintah Allah SWT. Semoga sebagaim manusia selalu menanamkan kesabaran agar dapat belajar nikmat yang diberikan dalam kehidupan.